SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Pusat Penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor berpendapat masih ada peluang terjadinya kejutan di hari-H pencoblosan pilpres 2019. Hal ini disampaikan Firman menanggapi hasil survei pilpres 2019 yang cenderung stagnan dalam beberapa bulan belakangan.
"Iya (ada peluang), tapi masih belum bisa disimpulkan. Semuanya masih bersifat hipotesis saja," kata Firman kepada Tempo, Rabu, 27 Maret 2019.
Firman berujar, masih ada waktu 20 hari masa kampanye yang bisa dimaksimalkan oleh kedua kubu pasangan calon. Sisa waktu ini disebutnya masih cukup digunakan untuk menggerakkan mesin partai politik pendukung dan meyakinkan pemilih.
Selain itu, Firman mengatakan situasi juga mungkin berubah jika tiba-tiba ada kejadian luar biasa terhadap salah satu calon presiden. Dia menyebut terungkapnya skandal email Hillary Clinton merupakan salah satu contoh kegiatan tak terduga itu, yang kemudian mengubah persepsi orang terhadapnya. "Dua puluh hari itu adalah waktu yang masih cukuplah untuk terjadinya hal-hal di luar-luar dugaan," kata dia.
Sejumlah lembaga survei merilis hasil sigi dalam beberapa bulan belakangan. Hasilnya relatif sama, yakni keunggulan untuk pasangan calon 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Meski begitu, selisih elektabilitas dan tren yang dicatat lembaga survei berbeda-beda satu dan lainnya.
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) dari survei 24 Februari-5 Maret lalu mencatat elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 57,6 persen, sedangkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno 31,8 persen. Dari sigi ini, selisih elektabilitas keduanya berada di angka 25,4 persen.
Lain halnya dengan sigi Litbang Kompas yang mencatat elektabiltas keduanya terpaut 11,8 persen saja. Menurut Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga 37,4 persen.
Sumber: Tempo