SUKABUMIUPDATE.com - Mantan Kepala Kepolisian Sektor Pasirwangi, Garut, Jawa Barat, Ajun Komisaris Sulman Aziz mengungkapkan dirinya mendapatkan perintah dari atasannya untuk memenangkan calon presiden Joko Widodo atau Jokowi. Dia mengatakan perintah itu datang dari atasannya, Kepala Kepolisian Resor Garut.
“Kami diperintah untuk melakukan penggalangan dan mendukung kepada 01,” kata dia di Kantor Hukum Lokataru, Jakarta, Ahad, 31 Maret 2019. Angka 01 adalah nomor urut pasangan Jokowi - Ma'ruf Amin di pilpres 2019. Sementara nomor urut 02 untuk pasangan Prabowo - Sandiaga.
Sulman menuturkan perintah itu diberikan dalam sebuah forum yang dihelat di Polres Garut pada Februari 2019. Perintah itu datang disertai ancaman: bila suara untuk paslon capres 01 kalah di wilayah itu, maka para kapolsek akan dimutasi atau dikotakkan.
Menurut Sulman, dukungan untuk Jokowi dilakukan dengan menggiring publik untuk berpihak pada capres nomor urut 01. Dia menyebut tindakan itu dengan istilah penggalangan. Namun, Sulman mengaku tidak mengetahui mekanisme penggalangan yang dimaksud. “Saya tidak tahu seperti apa teknisnya, tapi saya pribadi tidak melakukan itu,” kata dia. Dia mengatakan perintah itu bukan saja untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk seluruh kapolsek di Garut yang berjumlah 22 orang.
Sulman mengatakan setelah mendapat perintah untuk menggalang suara, datang instruksi kedua. Instruksi itu disampaikan melalui pesan WhatsApp. Kali ini, kata dia, para kapolsek diperintah untuk melakukan pendataan kepada masyarakat, mengenai siapa saja yang memilih capres 01 dan 02. “Agar para kapolsek melakukan pendataan bagi masing-masing kekuatan antara dua paslon, itu dilakukan setelah dilakukan penggalangan,” kata dia.
Kapolres Garut Ajun Komisaris Besar Budi Satria Wiguna membantah telah memerintahkan anak buahnya untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin. Dia mengatakan menyelenggarakan forum pada Februari sebagai rapat rutin untuk gelar operasi dan simulasi pengamanan pemilu. “Tidak ada perintah sama sekali untuk mendukung siapapun,” kata dia.
Budi mengakui memang memerintahkan untuk melakukan pemetaan di masyarakat. Namun, pemetaan tersebut dilakukan untuk memetakan personel terkait pengamanan pemilu. “Untuk antisipasi konflik, kalau rawan kami akan backup,” kata dia. Budi menduga Sulman membuat tudingan yang macam-macam karena sakit hati telah dimutasi.
Sulman mengatakan saat ini dirinya sudah tidak menjabat kapolsek. Dia dimutasi menjadi Kepala Unit Seksi Pelanggaran Subdirektorat Penegakan Hukum Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Jawa Barat pada 8 Maret 2019.
Dia menduga alasannya dimutasi karena berfoto bersama salah satu tokoh Nahdlatul Ulama Pasirwangi, Ustaz Zamzam yang mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Foto itu diambil menjelang acara deklarasi dukungan kepada Prabowo-Sandi pada 25 Februari 2019. Ustaz Zam Zam merupakan salah satu panitia.
“Saat itu saya hanya melaksanakan tugas sebagai Kapolsek untuk memastikan bahwa kegiatan yang dilaksanakan di wilayah saya tersebut berjalan sesuai dengan ketentuan, kemudian saya berfoto sambil membuat laporan untuk melaporkan kepada Kapolres,” kata dia.
Dia menduga alasannya dimutasi juga karena dianggap tidak melakukan penggembosan terhadap massa yang akan mengikuti acara deklarasi tersebut. Selain itu, dia dituding telah melakukan mobilisasi kepada kepala desa untuk mendukung Prabowo.
Sumber: Tempo