SUKABUMIUPDATE.com - Zulfirman Syah, seniman asal Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan anaknya menjadi korban dalam penembakan di dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat, 15 Maret 2019. Aksi penembakan masjid Selandia Baru itu terjadi pukul 1.40 siang waktu setempat.
Zulfirman Syah dan anaknya sedang salat di masjid ketika penembakan yang memababi buta itu terjadi. Zulfirman yang tertembak di bagian paru-paru kini mendapatkan perawatan di ICU rumah sakit negara setempat. “Adik saya koma,” kata Hendra Yaspita, kakak dari Zulfirman Syah ketika dihubungi Tempo melalui sambungan telepon, Jumat, 15 Maret 2019.
Anak dari Zulfirman tertembak di bagian kakinya. Hendra menyebutkan keponakannya mengalami trauma.
Zulfirman, istri, dan anaknya telah dua bulan ini berada di Selandia Baru. Zulfirman, alumnus Institut Seni Indonesia Yogyakarta angkatan 1997, merupakan seniman anggota Komunitas Seni Sakato yang banyak berpameran di Yogyakarta. Komunitas yang beranggotakan perupa asal Sumatera Barat ini setiap tahun menggelar pameran bertajuk BAKABA. Beberapa perupa jebolan Sakato menghasilkan karya seni yang banyak dikoleksi kolektor seni.
Zulfirman dikenal sebagai perupa yang menghasilkan lukisan abstrak. Dia berpameran bersama anggota Komunitas Sakato dua tahun lalu di Jogja Gallery. “Kami terus menghubungi keluarga untuk mengetahui kondisi terbaru Zulfirman,” kata Dio Pamola, Sekretaris Komunitas Seni Sakato.
Terdapat 331 WNI di Christchurch, termasuk 134 mahasiswa. Jarak Wellington ke Christchurch 440 kilometer. Dua masjid yang menjadi sasaran penembakan adalah Mesjid Al Noor dan Linwood yang keduanya ada di Christchurch, Selandia Baru. Jumlah korban tewas saat ini mencapai 49 orang. Satu terduga pelaku berusia akhir 20-an sudah ditahan dan akan dibawa ke persidangan pada Sabtu pagi, 16 Maret 2019.
Sumber: Tempo