SUKABUMIUPDATE.com - Bisnis tekstil yang dirintis oleh pengusaha asal Bandung, Nuryanto, berhenti beroperasi setelah hilangnya pria 37 tahun itu pada pertengahan Januari 2019. Ia diduga menjadi korban mutilasi di Malaysia.
"Sekarang otomatis (bisnis) sudah berhenti karena semua pemesanan lewat Bang Yanto (Nuryanto) sendiri," ujar pengacara Nuryanto, Hermawan, melalui sambungan telepon kepada Tempo, Ahad, 10 Februari 2019. Sementara itu, distribusi dari sejumlah pabrik rekanan Nuryanto sudah stop sejak akhir tahun lalu lantaran pembayarannya tersendat.
Hermawan mengatakan kliennya itu memulai usaha tekstil dengan mendirikan CV Jaya Anugerah Tekstil pada Januari 2018. Ia mengetahui perkembangan bisnis itu lantaran sang klien kerap berkomunikasi dengannya setiap pekan. Sepeninggal kliennya, belum ada sanak keluarga Nuryanto yang berminat meneruskan usaha tekstil tersebut.
Sebelumnya, informasi mengenai dimutilasinya Nuryanto diperoleh Hermawan dari Kepolisian Malaysia. Ia mengatakan ada salah satu relasi Nuryanto di Malaysia yang melaporkan kehilangan orang kepada polisi.
Adapun keluarga mendapat kabar adanya dugaan Nuryanto dibunuh mutilasi pada 26 Januari 2019 setelah kepolisian setempat mengumumkan ditemukannya sesosok mayat yang telah dimutilasi di Sungai Buloh, Selangor, Malaysia. Ciri-ciri mayat tersebut mirip dengan Nuryanto yang sebelumnya dilaporkan hilang. Saat ditemukan beberapa bagian mayat tersebut hilang. Selain itu, ditemukan pula handphone yang diketahui milik Nuryanto.
Nuryanto diketahui berangkat ke Malaysia pada 17 Januari 2019 menggunakan pesawat AirAsia. Ia berencana kembali ke Tanah Air pada 23 Januari 2019. Kepergiannya ke Malaysia itu bertujuan untuk menagih pembayaran dari relasi bisnisnya, Iqbal alias Jimmy dan Muhammad Abbas yang senilai Rp 2 miliar.
Menurut Hermawan, Yanto berencana untuk tinggal di tiga hotel yang berbeda selama pergi untuk mengambil uang dari relasi bisnisnya di sana. Yanto disebut mulai dinyatakan tak diketahui kabarnya saat ia tinggal di Hotel Sky Bukit Bintang. "Keluarga mulai tak bisa melakukan kontak pada tanggal 21 Januari 2019, hape sudah tidak aktif dan keluarga tidak bisa menghubungi," kata Hermawan.
Sumber Tempo mengatakan pada 21 Januari 2019 lalu, Yanto masih transfer uang via jasa pengiriman uang sebesar Rp 30 juta kepada salah satu rekan bisnis di Bandung. "Info yang saya dengar dari teman saya, setelah itu tidak ada lagi kabar dari pak Yanto," kata sumber itu.
Ia mengatakan info tentang kematian Yanto yang dimutilasi itu juga terdengar di telinganya. Bahkan ia sempat membaca berita dari media online lokal di Bandung yang menyatakan bahwa kepala dan kaki dari korban belum ditemukan hingga kini.
Sepengetahuan sumber, Yanto berbisnis ke Malaysia untuk penjualan kain, mukena dan baju. "Dia (korban) pernah mengatakan punya back up kerajaan Malaysia," kata dia.
Sumber: Tempo