SUKABUMIUPDATE.com - Para guru sekolah dasar dari sekolah Global Islamic School (GIS) Tangerang Selatan yang sedang mengadakan rapat kerja akhir semester terkena sapuan tsunami Selat Sunda.
"Kejadian itu sekitar 21.30 wib pertama ada ombak besar datang sampai kedarat, lalu surut, kemudian ada yang cek ke pantai dan melihat ombak besar katanya," kata Romansyah, Wakil Kepala Sekolah SD GIS yang menjadi korban saat ditemui dirumah sakit Medika BSD, Rabu 26 Desember 2018.
Menurut Romansyah, jarak waktu dari ombak pertama lalu surut kemudian disusul tsunami sekitar dua menit dan langsung menyapu penginapan Mutiara Carita, di Anyer.
"Saya dan rombongan menginap di di villa Mutiara Carita, saat tsunami datang disertai suara gemuruh, saat itu juga saya hanyut kebawa air sampai kurang lebih puluham meter," ungkapnya.
Setelah terseret tsunami, kata Romansyah, ia hanya bisa pasrah, ia mengaku tergulung-gulung di dalam air sampai ia sadar ternyata dirinya selamat dan berada di bawah tumpukan puing bangunan.
"Saya sadar tertimpa puing bangunan, setelah bisa menyelamatkan diri saya sempat menolong tiga orang kemudian saya hubungi istri, orang tua, ketua komite sekolah, dan orang- orang di Jakarta, tuturnya, yang bersyukur memiliki ponsel tahan air.
"Kebetulan handphone saya anti air," ujar Romansyah lagi.
Romansyah juga mengatakan tinggi air yang menyapu penginapannya sekitar delapan meter, karena ia mengukur dari tinggi penginapan yang dua tingkat sekitar enam meter serta air datang sekitar dua meter di atas penginapan.
"Jarak dari pantai ke villa itu sekitar 25 meter, kami juga masih belum yakin iti tsunami apa bukan, jadi larinya setengah hati, tapi setelah ombak pertama dan beberapa orang melihat kepantai, kemudian orang- orang tersebut kembali sambil lari sekencang- kencangnya sambil teriak 'tsunami'," imbuhnya.
Saat tsunami datang, ujar Romansyah, villa yang ditempatinya dan satu vila lainnya hancur, sedangkan vila yang ditempati guru- guru perempuan terselamatkan karena air terbendung villa di depannya.
"Yang hancur vila saya karena isinya laki- laki semua jadi tergulung tsunami, villa yang perempuan tidak hancur karena tertahan dua vila di depannya, kemudian guru- guru perempuan menyelamatkan diri dengan cara keluar dari jendela," dia mengungkapkan.
Setelah menghubungi orang- orang yang berada di Jakarta, tambah Romansyah, dia langsung menuju Puskesmas terdekat untuk diobati karena menderita luka sobek di kaki kiri dalam peristiwa tsunami Selat Sunda tersebut. "Setelah beberapa orang mendapati perawatan medis, sekolah memutuskan bahwa kita dirujuk ke rumah sakit Medika BSD untuk perawatan lebih lanjut," tambahnya.
Sumber: Tempo