SUKABUMIUPDATE.com - Dua kubu koalisi pendukung calon presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto saling menunggu untuk membeberkan program prioritas dalam masa kampanye pemilihan presiden 2019. Meski begitu, kedua kubu bersepakat untuk meninggalkan materi kampanye yang dinilai keluar dari esensi visi dan misi, serta program yang diajukan setiap pasangan calon saat pendaftaran.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Eddy Soeparno, mengatakan pihaknya akan menjauhi materi kampanye yang bersifat simbolis dan metafora. Menurut dia, polemik materi kampanye yang jauh dari esensi program pasangan calon membuat empati masyarakat tergerus. “Kalau tidak menyentuh persoalan mereka, kami khawatir apatisme masyarakat menjadi semakin tinggi,” kata Eddy kepada Tempo, Senin, 12 November 2018.
Dua kubu koalisi pendukung calon presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Prabowo Subianto saling menunggu untuk membeberkan program prioritas dalam masa kampanye pemilihan presiden 2019. Meski begitu, kedua kubu bersepakat untuk meninggalkan materi kampanye yang dinilai keluar dari esensi visi dan misi, serta program yang diajukan setiap pasangan calon saat pendaftaran.
Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Eddy Soeparno, mengatakan pihaknya akan menjauhi materi kampanye yang bersifat simbolis dan metafora. Menurut dia, polemik materi kampanye yang jauh dari esensi program pasangan calon membuat empati masyarakat tergerus. “Kalau tidak menyentuh persoalan mereka, kami khawatir apatisme masyarakat menjadi semakin tinggi,” kata Eddy kepada Tempo, Senin, 12 November 2018.
Juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade, mengatakan pihaknya telah dari awal masa kampanye berfokus menggarap sejumlah persoalan di bidang ekonomi. Di antaranya persoalan pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan pekerjaan, dan harga kebutuhan pokok yang terjangkau. “Ini selalu digaungkan Prabowo dan Sandiaga saat berkeliling,” kata politikus Partai Gerindra ini.
Menurut Andre, belum detailnya penyampaian program Prabowo di bidang ekonomi adalah strategi kampanye untuk menghadapi program kampanye Jokowi. Prabowo, kata dia, akan menyampaikan detail program pada debat terbuka. “Kami mulai masuk materi setelah Jokowi memaparkan programnya,” ujarnya.
Kedua kubu dinilai ke luar dari esensi visi dan misinya selama hampir dua bulan masa kampanye. Mereka dinilai hanya saling serang melalui pernyataan. Jokowi, misalnya melontarkan istilah “politikus sontoloyo” dan “politik genderuwo”. Adapun Prabowo sempat melontarkan istilah “tampang Boyolali” saat berkampanye di Jawa Tengah. Saling serang pun dilakukan oleh kedua calon wakil presiden, Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno.
Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Maman Imanulhaq, mengatakan telah bersiap mempresentasikan visi, misi, dan program koalisi sejak awal masa kampanye. Sejumlah isu menjadi sorotan, seperti pembangunan infrastruktur dan ekonomi, perlindungan anak dan perempuan, serta isu pembukaan lapangan pekerjaan. Kubu Jokowi, kata dia, membuka diskusi di seluruh wilayah untuk membahas sejumlah persoalan berbasis data dan fakta pada sisa masa kampanye. “Seharusnya kedua kubu berbicara lebih konstruktif,” ujar politikus Partai Kebangkitan Bangsa itu.
Adapun juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Ace Hasan Syadzily, mengatakan perbincangan soal program kampanye tertunda karena koalisi harus mengklarifikasi sejumlah pernyataan kubu Prabowo. Nantinya, koalisi pun akan berfokus mempromosikan sejumlah keberhasilan Jokowi, seperti di bidang pembangunan infrastruktur dan ekonomi selama empat tahun pemerintahan. “Kami harus meng-counter dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat,” ujarnya.
Sumber: Tempo