SUKABUMIUPDATE.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah mengatakan Gerakan Arah Baru Indonesia atau Garbi menjadi tanda akhir dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Fahri mengatakan Garbi lahir dari konflik internal di dalam PKS.
Menurut dia, sebagai partai politik, PKS tidak bersikap demokratis. "Partai ini kan bukan milik satu orang. Ini kan partai milik semua. Enggak bisa pake tangan besi seolah-olah nasib orang bisa ditentukan," kata Fahri di gedung DPR, Jakarta Pusat, Rabu 17 Oktober 2018.
Menurut Fahri, Garbi menjadi wadah bagi kader-kader PKS, terutama anak muda, yang merasa tidak cocok dengan kultur PKS. Fahri memandang kader-kader ini adalah mereka yang merasa pendapatnya tidak dihiraukan.
Akibat pergolakan di dalam tubuh partai ini, kata Fahri, banyak kader PKS yang mengundurkan diri sebagai calon legislatif, ada pula daerah-daerah yang menyatakan diri mundur secara total. "Saya kira ini yang saya sebut sebagai tanda akhir. Karena sudah ada peristiwa yang begitu besar," kata dia.
Meski begitu sejauh ini Garbi hanya berbentuk organisasi masyarakat, bukan partai politik. Fahri mengaku tidak tahu apakah Garbi akan berubah menjadi partai politik. Ia melihat hal tersebut akan tergantung pada negosiasi antara kedua pihak. Untuk meredam, kata Fahri, PKS harus terbuka dan berani berdialog dengan kadernya sendiri.
Sebelumnya politikus PKS, Mahfudz Siddiq, menjelaskan bahwa Garbi memang lekat kaitannya dengan ide arah baru Indonesia yang digagas Anis Matta. "Garbi itu adalah kumpulan orang yang mengorganisir diri dan aktivitasnya yang setuju, sependapat dengan ide tentang arah baru Indonesia, dan berupaya memperjuangkan ide-ide melalui satu wadah yang namanya Garbi," kata Mahfudz saat ditemui Tempo di rumahnya, di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Oktober 2018.
Sumber: Tempo