SUKABUMIUPDATE.com - Abu Syakieb Ayusman masih ingat betul saat gempa Donggala mengguncang tanah yang dipijaknya di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Lindu berkekuatan magnitudo 7,4 skala richter itu membuatnya reflek berlari sambil merengkuh tangan kedua adiknya dan mengajaknya berlari menjauhi rumah.
“Saya di luar rumah lihat pemandangan tiba-tiba gempa,” kata siswa kelas VI SD Unggulan Sulawesi Permata Bangsa saat ditemui di Yayasan Akar Panrita Mamminasata Makassar, Rabu 3 Oktober 2018.
Saat gempa Donggala itu, Yusman, 12 tahun tengah bermain dengan kedua adiknya di teras rumah. Adiknya bernama Nadia Fara Rabbani kelas V SD dan Asep Mustakim masih TK.
Ia kemudian berlarian mengikuti orang-orang yang pergi mengungsi. Yusman sempat mengajak ibunya yang tengah memasak di dalam rumah untuk pergi berlari. “Waktu gempa saya sempat berteriak mama…mama lalu berlari,” ujar dia.
Namun dalam kondisi panik itu dia kemudian diajak naik mobil pick up menuju bukit bersama beberapa warga Palu lainnya.
Karena ketakutan, Yusman bersama adiknya menginap di atas bukit. “Seharian saya di sana tak makan hanya air putih saja dikasih sama orang,” kata warga Kelurahan Tondo Kecamatan Mantikulore.
Setelah gempa mulai berhenti, ia kembali ke rumah untuk mencari ibunya. Hasilnya nihil. Mereka tak menemukan ibunya yang saat gempa tengah masak di dalam rumah. Sedangkan ayahnya pergi kerja. “Parkiran rumah saya hancur dan dinding rumah retak,” ucap dia.
Hingga kini Yusman mengatakan tak mengetahui keberadaan ibu dan ayahnya pasca gempa Donggala dan tsunami Palu. Ditanya nama lengkap ayah dan ibunya juga ia tak mengetahuinya.
Yusman bersama kedua adiknya kemudian pergi ke Bandara Mutiara Palu, ikut dengan orang lain menggunakan mobil pick up. “Saya ikut-ikut saja sama orang ke bandara,” katanya. Di sana Yusman bertemu dengan tantenya yang kemudian berangkat ke Makassar menggunakan pesawat hercules pada Senin 1 Oktober lalu. “Itu juga tante yang menyapa duluan,,” kata dia.
Kini Yusman ditampung di Yayasan Akar Panrita Mamminasata. Ia dan adik-adiknya tinggal bersama pengungsi korban gempa Donggala dan tsunami Palu lainnya di sana. Kebanyakan pengungsi di sini merupakan anak-anak yang kondisinya sama dengan Yusman.
Adapun bantuan terus berdatangan ke kantor yayasan tersebut. Mulai dari pakaian, makanan, indomie, dan air minum.
Sumber: Tempo