SUKABUMIUPDATE.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Willem Rampangilei menyampaikan data terakhir terkait dengan dampak dari serangkaian gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, sepanjang Agustus 2018. Secara total, kata Willem, ada dua gempa besar, yaitu pada 29 Juli 2018 dan 5 Agustus 2018, serta 2.056 kejadian berikut gempa susulan.
Menurut dia, BNPB telah melakukan hitungan kasar mengenai kebutuhan dana perbaikan dan rehabilitasi di NTB. Hasilnya, ada total kerusakan mencapai Rp 10,1 triliun dan total kerugian sebesar Rp 2 triliun. "Sementara total kebutuhan dana untuk rehabilitasi di hitungan kami mencapai Rp 8,6 triliun," kata Willem dalam Rapat Konsultasi DPR mengenai penanganan bencana gempa NTB di Gedung Nusantara II DPR, Senayan, Jakarta, Senin, 10 September 2018. Dari total tersebut, baru Rp 377 miliar yang telah disalurkan pemerintah.
Dari total kebutuhan dana ini, alokasi terbesar ditujukan untuk Lombok Utara dan Lombok Barat, yang menjadi lokasi paling parah terkena dampak gempa. Total kerusakan di Lombok Utara mencapai Rp 3,19 triliun dan total kebutuhan rehabilitasi Rp 3,09 triliun. Sedangkan total kerusakan di Lombok Utara mencapai Rp 3,59 triliun dan total kebutuhan Rp 2,08 triliun.
Serangkaian gempa bumi melanda Lombok, Nusa Tenggara Barat, sepanjang Agustus 2018. BNPB mencatat sekurang-kurangnya 564 orang menjadi korban jiwa, di mana 82,8 persennya berada di Lombok Utara. Lalu 1.584 korban luka-luka dengan 52,3 persen di Lombok Utara.
Selanjutnya 445.343 ribu orang lebih terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dengan 26,14 persen berada di Lombok Barat, Lombok Timur, dan Lombok Utara. Lombok Barat menjadi lokasi pengungsi terbanyak dengan 116.454 orang. Selanjutnya, 167 ribu rumah rusak, 33 persennya di Lombok Barat dengan 55.942 rumah.
Secara keseluruhan, 167 ribu rumah rusak dalam gempa beruntun ini. Namun ternyata baru 32.724 rumah yang berhasil diverifikasi. Dari total 32 ribu ini, juga baru 74 persen yang sudah memperoleh surat keterangan dari bupati dan wali kota setempat.
Tak hanya rumah, kerusakan juga terjadi pada sekolah dengan jumlah 1.194 unit, dengan 53 persen di antaranya sekolah dasar. Jika dilihat dari sisi pelajarnya, 75 persen yang merasakan akibat kerusakan sekolah ini, yaitu pelajar berusia 12 tahun ke bawah atau selevel PAUD dan SD. Perincian kerusakan adalah 264 unit PAUD, 639 unit SD, 155 SMP, 72 SMA, 56 SMK, dan 8 SLB.
Terakhir adalah kerusakan pada rumah dan fasilitas kesehatan akibat gempa Lombok. Totalnya ada 321 fasilitas kesehatan yang rusak, dengan 20 persennya ada di Lombok Barat. Lalu 630 unit masjid rusak, 461 musala, 1 gereja, 1 vihara, dan 50 pura.
Sumber: Tempo