SUKABUMIUPDATE.com - Hujan mulai turun di beberapa lokasi bencana gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat. Meski belum lebat, hujan bakal menimbulkan masalah baru bagi pengungsi di lokasi bencana, terutama anak-anak yang tinggal di tenda-tenda. Mereka mudah terserang penyakit. Solusi tempat tinggal permanen sangat dibutuhkan.
Di Kabupaten Lombok Utara, ratusan rumah rusak akibat gempa pada Juli 2018. Bagi pemilik rumah, kondisi rusak sedang maupun berat tidak ada bedanya. Sama-sama tidak bisa ditempati dan menimbulkan trauma. Penduduk masih khawatir gempa yang bertubi-tubi dalam sebulan tiba-tiba kembali mengguncang. Karena itu mereka memilih tinggal di tenda pengungsian.
Kini, sekitar 230 unit rumah baru telah berdiri di lokasi bencana di Kabupaten Lombok Utara. Di antaranya berada di Desa Orong Ramput, Kecamatan Wedana. Rumah tahan gempa tersebut berbahan kayu untuk rangka dan dinding dasar batu bata setinggi 60 sentimeter. Selebihnya, dinding rumah terbuat dari bambu yang dianyam atau gedek.
Ukuran rumah sederhana permanen tersebut 6 x 6 meter. Beratap seng dan berlantai semen. Cukup untuk satu keluarga yang terdiri dari suami istri dan dua anak. Proses pembuatannya dilakukan secara gotong-royong. Bahan bangunan sebagian mendaur ulang rumah lama. Waktu pengerjaan tergolong cepat, hanya tiga hari. Biaya cukup murah, yaitu Rp 15 juta per unit.
Selain tempat tinggal, pengungsi juga menghadapi persoalan air bersih. Sumur mendadak mengering setelah lindu. Warga mengandalkan kiriman dengan truk tangki dua hari sekali. Karena pasokan air setiap desa terbatas, penduduk harus berhemat. Mandi cukup sekali dalam sehari, selebihnya air diutamakan untuk dikonsumsi.
Kegiatan pendidikan belum pulih. Murid sekolah dan santri pondok pesantren tidak bisa belajar karena gedung tempat belajarnya roboh. Kesulitan sudah sedikit tertangani. Bantuan dari berbagai kalangan telah berdatangan. Sejumlah lembaga mengambil bagian memulihkan keadaan. Salah satunya Johari Zein Foundation bersama Baitul Maal Muamalat, yang konsentrasi membantu memulihkan kondisi bencana di Lombok Utara.
Lembaga tersebut memprioritaskan kebutuhan penduduk yang paling mendesak. "Ada lima program yang dijalankan, membangun tempat tinggal, pengadaan air bersih dan sanitasi, mengatasi sampah, menghidupkan roda ekonomi dan membangun tempat ibadah serta sekolah,” kata Andrianto, Direktur Johari Zein Foundation dalam rilisnya yang diterima Tempo, Kamis, 6 September 2018.
Menurut Andrianto, pembangunan masjid dengan rangka baja kelar dalam waktu 5 hari. Di dekat masjid juga dibangun 2 ruang kelas untuk belajar anak-anak usia taman kanak-kanak dan sekolah dasar. “Kami bekerja cepat membangun rumah warga di kawasan gempa. Model rehabilitasi ini sudah kami terapkan di tempat lain, seperti di Yogyakarta dan Mentawai”. Di seluruh Lombok, kata Andrianto, sudah berdiri sekitar 1.900 unit rumah permanen bantuan donatur.
Sumber: Tempo