SUKABUMIUPDATE.com - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengapresiasi langkah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Probolinggo yang mencopot Kepala Sekolah TK Kartika. Pencopotan ini terkait dengan tampilan kontroversial siswa TK Kartika mengenakan baju bercadar dan membawa replika senjata saat karnaval perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus pekan lalu.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti mengatakan sejak awal lembaganya meminta agar kasus karnaval itu tak dianggap remeh dan sepele. "Ini harus menjadi catatan bagi dinas-dinas Pendidikan di berbagai daerah dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," kata Retno melalui keterangan tertulis pada Kamis, 23 Agustus 2018.
Disdikpora Kota Probolinggo akhirnya memberhentikan Hartatik dari posisinya sebagai Kepala Sekolah TK Kartika V-69. Kepala Disdikpora Kota Probolinggo Mochamad Maskur memutuskan pencopotan itu setelah melakukan pemeriksaan internal terhadap pihak sekolah dan Hartatik.
Hartatik dicopot lantaran dinilai lalai mengerahkan siswa TK mengenakan kostum cadar dan membawa replika senjata saat berpawai budaya. Menurut surat perintah tugas yang diteken Maskur, Hartatik dipindahtugaskan ke Disdikpora Kota Probolinggo.
Retno mengatakan kasus tersebut harus menjadi catatan serius menilik kemungkinannya terjadi di sekolah lain. Menurut dia, kasus serupa bisa terjadi di banyak tempat tetapi tidak diketahui lantaran tidak viral.
Ia juga mempertanyakan muasal replika senjata yang disebut sudah dimiliki sekolah sejak 2016. Menurut Retno, cadar hitam dan senjata itu tak pelak mengingatkan pada atribut kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Atribut kekerasan seperti ini, kata dia, sudah seharusnya dijauhkan dari anak-anak. "Pendidikan mesti steril dari hal-hal kekerasan seperti itu," ujarnya.
Aksi kontingen TK Kartika V Probolinggo ini terungkap melalui video yang viral pada Sabtu, 18 Agustus lalu. Dalam pawai yang diikuti oleh 158 anak-anak itu, belasan peserta dari TK Kartika paling mengundang perhatian lantaran aksi mengenakan baju bercadar hitam dan menenteng replika senjata.
Hartatik sebelumnya mengatakan hanya memanfaatkan atribut yang ada di sekolah untuk karnaval TK itu. Dia mengaku tak memiliki maksud tertentu saat memberikan arahan ihwal pawai tersebut. "Saya tidak pernah berpikir apa-apa dan tidak mempunyai tujuan apa-apa. Ini hanya memanfaatkan properti dan alat-alat yang ada, sebagian memang sudah ada di sekolah," ujar Hartari di Polresta Probolinggo, Sabtu, 18 Agustus 2018.
Sumber: Tempo