SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah lewat Kementerian Keuangan resmi membuka masa penawaran surat utang negara atau SUN jenis Savings Bond Retail seri SBR004 pada Senin, 20 Agustus 2018. Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, mengatakan, penawaran SBR004 yang menjangkau investor retail dibuka secara online lewat e-SBN.
"Penggunaan sistem online diharapkan bisa memperdalam pasar SUN sekaligus bisa menjangkau investor di 34 provinsi. Selain itu juga memudahkan investor untuk berinvestasi selama 24 jam," kata Luky saat memberikan keterangan kepada wartawan di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta Selatan, Senin, 20 Agustus 2018.
Sebelumnya, pemerintah juga telah menawarkan Savings Bonds Retail seri SBR003 secara online pada Mei 2018. Dalam masa penawaran itu, pemerintah berhasil menghimpun dana sebesar Rp 1,92 triliun dari target awal Rp 1 triliun.
Direktur Surat Utang Negara Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko Kementerian Keuangan Loto S Ginting, menyatakan generasi milenial termasuk pihak yang disasar oleh pemerintah untuk ikut menyerap SUN tersebut. "Umumnya mereka tertarik karena mereka kan senang dengan sistem online," katanya.
Loto menambahkan, pihaknya pelan-pelan mengedukasi investor karena SBR001 dan SBR002 menggunakan sistem offline, dan SBR003 dan SBR004 itu sudah menggunakan sistem online. "Jadi kita terus edukasi," ujarnya.
Kalau dari segi jumlah, menurut Loto, mungkin secara nominal banyak dibeli oleh investor berusia 40 tahun ke atas. "Nah bagi mereka agak sedikit kurang terbiasa secara online itu mungkin kita perlu edukasi. Makanya pak Dirjen minta tolong untuk yang usia 40 tahun, yang gaptek itu didampingi."
Lebih jauh Luky mengatakan SBR004 ini memiliki tingkat kupon sebesar 8,05 persen dengan tenor dua tahun atau jatuh tempo pada 20 September 2020. Adapun masa penawaran akan berlangsung dari 20 Agustus 2018 sampai 13 September 2018.
Adapun tingkat kupon sebesar 8,05 persen ini tidak akan berubah selama tiga bulan pertama. Tingkat kupon ini berasal dari suku bunga acuan yang berlaku pada saat penetapan yaitu 5,50 persen ditambah spread tetap 225 basis points (bps) atau sebesar 2,25 persen.
Sedangkan tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan sekali pada tanggal penyesuaian sampai jatuh tempo. Penyesuaian akan didasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap sebesar 2,25 persen.
Tingkat kupon tersebut akan berlaku sebagai tingkat kupon minimal dan tidak akan berubah sampai jatuh tempo. "Minimum pemesanan seri retail SBR004 ini berjumlah Rp 1 juta rupiah. Sedangkan maksimal pemesanan seri ini berjumlah Rp 3 miliar," kata Luky.
Menurut Luky, seluruh hasil penerimaan negara lewat instrumen ini nantinya akan digunakan untuk pembangunan lewat pembiayaan deficit financing termasuk untuk pembiayaan utang. Luky menargetkan penerimaan negara dari penawaran SBR004 ini mencapai Rp 1 triliun. Kendati begitu, jumlah tersebut bisa bertambah hingga Rp 3 triliun sampai Rp 5 triliun jika permintaan dari investor naik.
Sumber: Tempo