SUKABUMIUPDATE.com - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan banyak pihak yang salah kaprah memaknai sikap pemerintah yang fokus pada pembangunan infrastruktur fisik. Menurut dia, pihak-pihak itu hanya melihat pembangunan ini dari sisi fisiknya saja.
Jokowi menuturkan satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam membangun bangsa ini adalah membangun mental dan karakter bangsa. Ia mengklaim lewat pembangunan infrastruktur pemerintahannya telah membangun peradaban dan konektivitas budaya.
"Pembangunan infrastruktur fisik harus dilihat sebagai cara untuk mempersatukan kita, mempercepat konektivitas budaya yang bisa mempertemukan berbagai budaya yang berbeda di seluruh Nusantara," katanya dalam pidato di acara sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 15 Agustus 2018.
Dengan pembangunan infrastruktur, kata Jokowi, penduduk Nanggroe Aceh Darussalam mudah terhubung dengan orang Papua. Warga di Pulau Rote bisa terhubung dengan masyarakat Pulau Miangas. "Sehingga bisa semakin merasakan bahwa kita satu bangsa, satu tanah air," tuturnya.
Selain itu, Jokowi menjelaskan keputusan pemerintahannya fokus pada percepatan pembangunan infrastruktur lantaran ingin membangun fondasi kokoh demi Indonesia yang lebih maju. Selain fokus pada infrastruktur, pemerintahaanya memberi perhatian lebih pada peningkatan produktivitas dan daya saing bangsa.
"Percepatan pembangunan infrastruktur bukan hanya dimaksud untuk mengejar ketertinggalan kita dalam pembangunan infrastruktur dibanding dengan negara lain, melainkan juga menumbuhkan sentra-sentra ekonomi baru yang mampu memberikan nilai tambah bagi daerah-daerah di seluruh penjuru tanah air," tuturnya.
Atas alasan tersebut, kata Jokowi, maka infrastruktur tidak hanya dibangun di Jawa, tapi di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Maluku dan Nusa Tenggara hingga Papua. "Karena sebagai bangsa yang majemuk, kita ingin tumbuh bersama, sejahtera bersama, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote," ucapnya.
Sumber: Tempo