SUKABUMIUPDATE.com - Praktik dan bisnis prostitusi di Apartemen Kalibata City diduga bersembunyi dalam data keluarga penghuni. Menyelinap ke dalam apa yang disebut tower cluster, membuat mereka terlindung dari penggerebekan aparat.
Modus ini terungkap dalam komunikasi Tempo dengan seorang perempuan yang menjajakan transaksi seks di apartemen 18 tower itu. "Iya (bebas dari penggerebekan), didata pemprov sama marketing Kalcit tower itu resmi yang udah keluarga semua. Jadi keamanannya lebih ketatlah," tutur perempuan berinisial NS itu.
Dia juga meyakinkan zona itu terlindung karena adanya kerja sama dengan petugas satuan pengamanan setempat. Setiap tamu dia pastikan bisa masuk karena dia sudah “bernegosiasi” dengan para penjaga. "Itu sudah urusan gue kalo handle security. Enggak (disogok), beliin rokok doang."
Seorang perempuan lain yang serupa dengan NS meyakinkan hal sama. R, mengaku berusia 24 tahun, juga masih menawarkan jasanya sekalipun penggerebekan polisi belum lama menetapkan tiga orang sebagai tersangka. Penggerebekan juga berbuntut 32 orang, 17 di antaranya perempuan, ditangkap.
“Aman banget kok, say,” kata R, yang menetapkan tarif Rp 600 ribu-800 ribu, bergantung lama layanan yang diinginkan.
Lurah Rawajati Rudi Budijanto mengaku kesulitan menghapus praktik bisnis prostitusi di Apartemen Kalibata City. Selain masuk ke ruang privat, pengawasan semakin sulit karena sekitar 70 persen dari total 13-an ribu unit apartemen dihuni dengan cara disewa. “Yang menetap hanya 30 persen,” kata Rudi.
Proporsi itu, menurut dia, membuat peluang terjadi penyalahgunaan fungsi unit apartemen cukup besar. “Apalagi ada unit yang disewakan harian. Ini yang menjadikan banyak penyimpangan.”
Ditemui terpisah, General Manager Kalibata City Ishak Lopung membantah ada unit yang bisa disewakan harian di apartemen tersebut. "Harian tidak boleh," ucapnya, Kamis, 9 Agustus 2018.
Sumber: Tempo