SUKABUMIUPDATE.com - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief menjelaskan alasannya menyebut Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai jenderal kardus. Sebagai rekan koalisi, Prabowo telah melakukan sesuatu diluar pengetahuan Demokrat.
"Ada politik transaksional yang berada di dalam ketidaktahuan kami, yang sangat mengejutkan," kata Andi Arief di rumah Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Kamis dini hari, 9 Agustus 2018.
Ketika dikonfirmasi wartawan maksud transaksional itu adalah informasi tentang Prabowo yang memilih Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden karena telah menyetor duit sebesar Rp 500 miliar ke PAN dan PKS, Andi tidak membantahnya. "Saya Andi Arief tidak pernah membuat isu dalam karir politik saya," tegas Arief.
Andi mengatakan, kemenangan dalam Pilpres 2019 mendatang tidak ditentukan oleh uang, melainkan figur calon. Selaku "Jenderal", ujar Andi, Prabowo harusnya mengerti perhitungan itu.
"Itu yang membuat saya menyebutnya jadi jendral kardus. Jendral kardus itu jendral yang gak mau mikir artinya. Uang adalah segalanya," katanya.
Andi menegaskan, dalam koalisi bersama Gerindra, partainya tidak pernah berkhianat. Demokrat, lanjut Andi, juga tidak pernah menawarkan calon wakil presiden kepada Prabowo. Untuk itu, Andi mengaku kecewa dengan adanya politik transaksional itu.
Menurut Andi, Demokrat memang menolak bertemu dengan Prabowo pada malam, Rabu, 8 Agustus 2018. Namun, pagi atau siang nanti, Prabowo akan bertemu dengan SBY dan Partai Demokrat. "Akan kami terima," katanya.
Sebelumnya, pernyataan jenderal kardus kepada Prabowo disampaikan Andi melalui akun twitternya.
Sumber: Tempo