SUKABUMIUPDATE.com - Ladang minyak terbesar di Indonesia yang biasa disebut Blok Rokan di Riau, terhitung mulai 2021 akan dikendalikan sepenuhnya oleh PT Pertamina. PT Chevron Pacific Indonesia setelah 50 tahun mengelola produksi blok minyak mau tidak mau harus menuruti keputusan pemerintah Indonesia. Chevron Pacific Indonesia mengantongi kontrak Blok Rokan dari 1971 sampai 2021. Berikut ini berbagai pesan kepada Pertamina tentang ladang yang tercatat mempunyai produksi minyak 385 ribu barel per hari tersebut.
1.Dibolehkan mencari mitra dengan sejumlah syarat
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar menyarankan PT Pertamina (Persero) menggandeng perusahaan tertentu sebagai mitra untuk mengelola ladang minyak Rokan di Riau. Tujuannya agar Pertamina tetap bisa menjaga level produksi blok minyak terbesar di Indonesia tersebut. "Kami menyarankan untuk mencari partner di bidang oil and gas yang bisa meningkatkan produksi," ujar Arcandra, Rabu, 1 Agustus 2018.
Pemerintah, kata Arcandra, tidak memberikan syarat rumit kepada Pertamina untuk memilih siapa yang akan digandeng. Asalkan produksi bisa tetap dipertahankan pada level rata-rata saat ini sekitar 200 ribu barel per hari dan gas 24,26 MMSCFD. "Kami serahkan kepada Pertamina," ujarnya.
2.Tidak wajib bekerja sama dengan PT Chevron Pasific
Arcandra juga tak mewajibkan Pertamina untuk bekerja sama dengan kontraktor sebelumnya, PT Chevron Pacific Indonesia, dalam mengelola Blok Rokan. Yang jelas, kata dia, pemerintah telah menyerahkan sepenuhnya Blok Rokan kepada Pertamina dan 10 persen hak badan usaha milik daerah. "Sisanya itu adalah aksi korporasi Pertamina," ujarnya.
Pelaksana tugas Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menyatakan peluang kerja sama mengelola Blok Rokan terbuka untuk Chevron dan perusahaan minyak lain. "Terbuka, dengan siapa pun," ujarnya kemarin.
Sebelumnya, pemerintah memutuskan menyerahkan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina mulai 2021 sampai 2041. Menurut Arcandra, Pertamina dipilih karena empat dasar pertimbangan yang diambil setelah mengevaluasi proposal yang diajukan. “Tim mengevaluasi, akhirnya berkesimpulan empat hal yang menjadi dasar kami (pemerintah) adalah signature bonus, komitmen kerja pasti, potensi pendapatan negara, dan diskresi Menteri ESDM.”
3.Pertamina harus investasi Rp 1.008 triliun selama 20 tahun
Menurut dia, mitra dibutuhkan untuk memitigasi risiko, seperti teknologi dan pendanaan. Kemitraan juga dapat memitigasi risiko pendanaan. Hal ini disebabkan Pertamina harus menginvestasikan sekitar US$ 70 miliar atau Rp 1.008 triliun selama 20 tahun mengelola Rokan. “Banyak yang minta, peluang partnership terbuka untuk mitigasi risiko," kata Nicke.
Mantan Deputi SKK Migas Haposan Napitupulu mengatakan Pertamina harus cerdas menjalankan bisnis di Blok Rokan. “Caranya dengan berbagi risiko dan meminta bantuan pemilik teknologi,” ujarnya. Dia menambahkan, kegiatan produksi di Rokan memasuki tahap tertiary recovery.
4.PT Chevron Pacific menyatakan kecewa kepada Indonesia
Adapun manajemen PT Chevron Pacific Indonesia menyatakan kekecewaan karena pemerintah Indonesia tidak memperpanjang kontrak mengelola Blok Rokan. “Meskipun kami kecewa mendengar informasi ini, kami sedang berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk mendapat informasi lebih lanjut,” kata juru bicara Chevron Pacific Indonesia, Danya Dewanti, kemarin.
Chevron, kata Danya, telah memperoleh informasi melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tentang penunjukan Pertamina sebagai kontraktor Blok Rokan setelah kontrak berakhir pada 2021. Meski begitu, manajemen Chevron, kata Danya, bangga karena sudah hampir satu abad mendapat kepercayaan dari pemerintah Indonesia. “Chevron bangga telah menjadi mitra untuk Indonesia lebih dari 90 tahun.”
Sumber: Tempo