SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah mengimbau eksportir agar menyimpan devisa hasil eskpor (DHE) di dalam negeri untuk memperbaiki defisit transaksi berjalan. Cara ini juga merupakan salah satu upaya untuk menjaga kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Sebelumnya Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan baru 85% DHE yang disimpan oleh para eksportir pada bank di Indonesia dari total DHE secara keseluruhan.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kartika Wirjoatmodjo mengatakan untuk menarik lebih banyak DHE, Indonesia harus mempertimbangkan besaran yield atau imbal hasil yang bisa ditawarkan kepada para pengusaha.
"Semua pengusaha kan membandingkan [yield Indonesia] dengan yield mereka di luar negeri. Kita coba upayakan semaksimal mungkin untuk mengakomodir di dalam negeri," katanya di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Senin 30 Juli 2018.
Tiko, sapaan akrabnya, menuturkan ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetisi yield dan menarik minat investor untuk menyimpan uangnya di dalam negeri.
Langkah pertama yakni dengan meningkatkan suku bunga deposito valuta asing (valas) yang masih cukup tertinggal. Saat ini suku bunga deposito valas di Indonesia sudah mengalami penyesuaian menjadi sebesar 2,5% - 3%.
Kedua adalah memberikan kepastian kondisi nilai tukar selama beberapa tahun ke depan. Menurutnya dengan volatilitas nilai tukar, sejumlah investor mulai menahan diri untuk menjual dolar AS.
"Harus ada kepastian jual. Terkait instrumen apakah nanti akan ada fasilitas forward, sehingga memberikan kepastian kepada eksportir bahwa mereka bisa dapat nilai tambah lebih jika berinvestasi di Indonesia.
Pemerintah juga harus memikirkan aturan yang fleksibel dan tidak kaku seperti yang diterapan oleh pemerintahan Thailand yang mewajibkan dana hasil ekspor ditahan di dalam negeri selama beberapa bulan sebelum dilepas kembali.
Menurutnya regulasi tersebut akan menuai pro dan kontra serta akan memberikan stigma controlling di antara pengusaha.
"Kalau diatur nanti dibilang capital control, bisa jadi masalah. Nanti harus ada instrumen untuk menjamin kenyamanan dan supaya mereka yakin untuk menyimpan dana valasnya di Indonesia," ungkapnya.
Tiko menyampaikan sampai dengan pertengahan Juli 2018, Bank Mandiri melayani jual dan beli valas hingga mencapai Rp180 juta per hari. Untuk meningkatkan kompetisi yield, bank pelat merah tersebut telah menyesuaikan suku bunga deposito menjadi 2,5% - 2,75% untuk rate on on one.
"(Bank BUMN) punya potensi penyerapan DHE cukup besar, bisa Rp500 juta per bulan. Masalahnya eksportir selalu membandingkan dengan yield foreign," kata Tiko.
Sumber: Tempo