SUKABUMIUPDATE.com - Kelompok pengusaha ayam dan telur yang tergabung dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat atau Pinsar satu suara dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita soal hubungan antara kenaikan harga telur dan Piala Dunia 2018. Menurut mereka, salah satu penyebab kenaikan harga telur beberapa waktu lalu adalah Piala Dunia 2018.
"Karena ada sepakbola jadi tiap malam orang makan mie telor," kata Sekjen Pinsar Indonesia Leopold Halim alias Atung saat menghadiri operasi pasar 100 ton telur ayam oleh Kementerian Pertanian di Toko Tani Indonesia Center, Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis, 19 Juli 2018.
Menurut Atung, kelihatannya hal ini memang sepele. Tapi jika tiap orang mengkonsumsi telor dengan mie instan pada waktu yang bersamaan, tentu jumlahnya akan banyak dan permintaan otomatis naik. "Kalau dikit-dikit kan jadi banyak."
Sebelumnya, Enggartiasto juga menyebut Piala Dunia 2018 yang berakhir pada 15 Juli kemarin sebagai penyebab atas kenaikan harga telur di pasaran yang mencapai Rp 30.000 per kilogram. "Saya pun dulu pernah menyelinap, ada telur bikin nasi goreng," kata dia di Jakarta, Senin, 16 Juli 2018.
Selain Piala Dunia 2018, Atung juga mengatakan harga telur naik akibat momentum libur panjang lebaran kemarin. Sebab, kenaikan harga baru terjadi setelah lebaran Idul Fitri dari yang semula normal. "Apalagi anak-anak tidak masuk sekolah, banyak hajatanlah yang membuat demand meningkat."
Tapi Atung meyakini kenaikan harga telur tidak akan berlangsung lebih lama. Harga saat ini masih tinggi karena para pedagang masih menjual stok di harga yang tinggi. Setelah telur murah digelontorkan Kementerian Pertanian, Ia meyakini harga akan kembali turun.
Dalam pantauan Tempo seminggu setelah Piala Dunia 2018, harga telur di beberapa pasar di Jakarta misalkan, memang sudah mengalami penurunan. Di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, telur dijual di harga Rp 26 sampai Rp 28 ribu per kilogram dari semula Rp 30 ribu. "Karena kami baru ambil dari produsen. Harganya di tingkat mereka (produsen) sudah turun," kata Nadir, pedagang semi agen Toko Rahmat Jaya di Pasar Minggu.
Sumber: Tempo