SUKABUMIUPDATE.com - Julukannya Dewa Selling. Nama itu lebih ngetop ketimbang nama aslinya Dewa Eka Prayoga. Dia mirip Midas, raja dalam mitologi Yunani yang punya kemampuan apa pun disentuhnya menjadi emas. Tapi ini seperti Midas dengan logat Sunda yang kental , dan ini bukan dalam arti emas harafiah.
Sejak usia 21 tahun dia sudah menjadi milyuner karena menerbitkan buku-buku best seller. Dan dia menjual lewat jaringan pemasarannya sendiri. Lewat jalur indie itu, bukunya laku dari mulai 3.000 sampai 17.000 eksemplar. Padahal harga bukunya lumayan gendeng, ada yang Rp 420 ribu untuk buku berjudul Dongkrak Omset Milyaran dengan Tim Penjualan. Ada juga yang seharga Rp 250 ribu.
“Saya banyak diprotes,” kata Dewa. “Harga pokok produksi (HPP) bukuhanya cuma Rp 12 ribu per buku, mengapa buku saya dijual Rp 420 ribu?” katanya dalam pertemeuan dengan Tempo, akhir Mei 2018.
Dengan enteng Dewa Selling menjawab, “Saya bukan menjual buku, Namun value untuk bisa bisnis miliaran.”
Jadi, kalau ingin tahu berapa perkiraan profit Dewa Selling, mari kita hitung secara kasar. Dengan harga Rp 420 ribu, dia bisa mengantungi untung kotor Rp 408 ribu/buku. Bila nilai itu misalnya dikalikan 17 ribu buku yang terjual maka dia bisa mengantongi profit Rp 6,9 miliar. Itu baru satu buku, dia sudah menulis sepuluh buku.
Jadi tak salah bila orang-orang menjulukinya sebagai Dewa Selling, sang raja jualan. Dia memiliki lebih dari 3.000 reseller dan dropshipper, maka mudah baginya berjualan. Sekarang dia punya banyak lini bisnis selain buku, ada properti, jualan hijab dan sederet bisnis lainnya.
Padahal usianya baru 27 dan beberapa tahun lalu dia ada di titik terendah. Dewa bangkrut serta punya utang hampir Rp 8 miliar ditipu partnernya saat 18 hari sebelum dia menikah. Dia juga sempat lumpuh selama 3 bulan dan terbaring di ranjang rumah sakit.
"Bahkan, saat itu sekadar memberi kode kepada suster pun saya tak sanggup," ujarnya. "Pukulan ketiga, ketika dokter memvonis lumpuh itu baru akan sembuh 1-2 tahun.”
Yang dia lakukan cuma berdoa. Tanpa menunggu satu tahun, dia kembali bisa bicara. “Bagi Allah tak ada kemustahilan,” katanya.
Saat bangkrut, seorang ustad menasehatinya. “Bersedekahlah.” Dalam hati Dewa Selling berkata, “Apa yang mau disedekahkan? Uang di dompet tinggal Rp 7.000 .”
Yang dia punya hanyalah ilmu. Dia pun berbagi ilmu jualan. Banyak yang mencibir, “Bangkrut kok bagi-bagi ilmu jualan.” Tapi dia tak menyerah, dia terus berbagi dan berbagi.
Sampai kemudian terbuka lagi jalan untuknya. Bukunya laris. Popularitasnya naik sebagai jago digital marketing papan atas di Indonesia. Kuliah-kuliah online yang dibagikan Dewa Eka Prayoga lewat Telegram dan Facebook selalu ramai.
Lihat saja grup Facebooknya Jago Jualan anggotanya lebih dari 280 ribu orang. Di Telegram dia juga juara no 2 menjadi orang yang paling banyak pengikutnya, yakni 80 ribu follower. Itu karena dia tak pelit berbagi ilmu. Ilmu yang dibaginya “daging” semua—bukan sekadar pemanis belaka.
Sebagian kisahnya dia tuliskan dalam beberapa buku best sellernya. Buku “Gara-gara Facebook”, misalnya dia bercerita bagaimana dengan hanya modal biaya iklan di Facebook Rp 16 juta, bisa mendapatkan omzet Rp 400 juta per bulan saat dia berjualan kerudung dan hijab. Buku digital marketing itu ditulis dalam bahasa yang encer dan gaul sehingga enak dicerna. Silakan cek sendiri saja bukunya http://bit.ly/Gara2Facebok.
Dewa telah sukses berjualan buku, lalu merambah berjualan kosmetik dengan net profit di atas Rp 400 juta/bulan, berdagang hijab, bahkan rumah/kavling properti syariah. Untuk bisnis properti, misalnya, dia bisa menjual sekitar 200 rumah/kapling harga Rp 300 jutaan dalam sehari.
Ya, dengan izin Tuhan, Dewa Eka Prayoga telah melawan kemustahilan, menjadi milyuner di usia belia, sempat bangkrut, lumpuh lalu bangkit lagi dan menjadi jawara digital marketing Indonesia.
Sumber: Tempo