SUKABUMIUPDATE.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem di wilayah Danau Toba dan sekitarnya pada pukul 16.30 WIB atau 30 menit sebelum Kapal Motor Sinar Bangun V berlayar. Tapi, kapal tersebut tetap berlayar pada pukul 17.00 WIB dan akhirnya karam sekitar pukul 17.30 WIB hingga menimbulkan tragedi Danau Toba.
"Dari data pengamatan, terjadi lonjakan kecepatan angin antara jam 5 sampai 6 sore," kata Kepala Bagian Humas BMKG Hary Tirto Djatmiko saat dihubungi di Jakarta, Rabu, 20 Juni 2018.
Berdasarkan catatan, terjadi peningkatan kecepatan angin dari dua hingga tiga meter per detik menjadi enam meter per detik. Kecepatan angin tersebut setara 12 knot dan berpotensi memicu ombak setinggi 75 sentimeter hingga 1,25 meter.
Sebelumnya, kecelakaan terjadi saat kapal yang membawa ratusan penumpang itu berangkat dari Pelabuhan Simanindo, Samosir, Danau Toba, menuju Pelabuhan Tiga Ras, Simalungun. Saat ini, diduga ada dua penyebab tenggelamnya kapal. Pertama, jumlah penumpang yang melebihi kapasitas yang seharusnya. Kedua, kapal diduga mengabaikan adanya peringatan cuaca ekstrem dari BMKG.
Badan SAR Nasional telah menemukan empat korban tewas dalam kejadian ini. Sementara, 18 orang lainnya berhasil ditemukan dalam kondisi selamat. Jumlah ini masih kurang dari kapasitas total kapal yang mencapai 43 penumpang. Apalagi, muatan kapal ini diduga melebihi angka kapasitas tersebut.
Hary memastikan informasi peringatan cuaca ekstrem itu telah disampaikan kepada seluruh instansi yang membutuhkan. Dalam kasus ini, tak terkecuali kepada otoritas dermaga di Danau Toba. "Siapapun itu pasti mendapat informasi karena rutin dikeluarkan," ujarnya.
Dalam konferensi pers terkait insiden ini, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hanya menyampaikan adanya dugaan pelanggaran pada manifes penumpang dan muatan yang berlebih terkait tragedi Danau Toba ini. Sementara belum ada dugaan soal adanya peringatan BMKG yang diabaikan. "Tim KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) masih di lokasi untuk menelusurinya," kata Budi.
Sumber: Tempo