SUKABUMIUPDATE.com - Mantan terpidana terorisme, Yudi Zulfachri, mengaku paham radikal yang ada dalam dirinya telah hilang. Bekas anak didik Aman Abdurrahman ini menjalani proses deradikalisasi selama lima tahun, dibantu oleh terpidana terorisme yang sudah lebih dulu sadar.
"Saya waktu itu pertama kali yang memoderasi saya ustad Ali Imron. Dari situ saya mulai terus belajar," kata Yudi di Warung Daun, Jakarta, Sabtu, 19 Mei 2018.
Yudi merupakan alumni STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) dan bekerja sebagai PNS di Baitul Mal Kota Banda Aceh. Ia memutuskan bergabung dengan kelompok teroris setelah mendapat doktrin dari pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD), Aman Abdurrahman. Saat ini, Aman sedang menghadapi persidangan terkait kasus teror di Indonesia. Dalam persidangan sebelumnya, Aman dituntut hukuman mati.
Ia mendapat doktrin bahwa imannya belum sah jika masih bergabung sebagai PNS, dan dianggap kafir. Karena itu, sebagai pembuktian keimanannya, Yudi melepas diri dari pemerintahan dan mengkafirkan aparat pemerintah.
Namun, ia belum sampai pada tahap akhir, yaitu membenci dan memusuhi pemerintah. Untuk sampai pada tahap itu, seseorang harus membuktikannya dengan melakukan aksi teror.
Yudi ditangkap pada 2010 di kawasan pegunungan Jali, Kecamatan Jantho, Kabupaten Aceh Besar, setelah empat tahun mendapat doktrin dan mengikuti pelatihan militer di Aceh.
Ia menuturkan, inspirasi awal yang membuatnya bergabung dengan kelompok teroris datang dari Al-Qaeda. Menurut dia, Al-Qaeda di bawah pimpinan Ayman al-Zawahiri pada 2011 melakukan revisi pemahaman Al-Qaeda, yaitu hanya boleh melakukan serangan di wilayah konflik atau di Amerika.
"Al-Qaeda mengatakan evaluasi diri kalian, belajar lah kepada orang-orang di luar kalian. Masuk doktrin itu ke saya. Saya harus evaluasi, belajar ke yang lain," kata dia.
Ketika menjalani proses deradikalisasi, Yudi mengatakan bahwa ia hanya ingin dimoderasi oleh Ali Imron karena merasa sama-sama seorang jihadist. Selain Ali Imron, Yudi juga mendapat bantuan dari sesama tahanan teroris.
Proses menghilangkan paham radikal itu dilakukan bertahap seperti pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi. Peran keluarga, kata dia, juga sangat membantu dalam pemulihan paham radikal yang ada padanya. Sang ayah, kata Yudi, mendoktrin dirinya dengan Surat Al-Mumtahanah.
Setelah bebas dari penjara, Yudi kini aktif bekerja di sebuah yayasan dan membuat seminar-seminar di kampus untuk pencegahan radikalisme. Sambil bekerja, bekas murid Aman Abdurrahman ini juga menempuh pendidikan tinggi di Universitas Indonesia jurusan ketahanan nasional.
Sumber: Tempo