SUKABUMIUPDATE.com - Dua pendaki mahasiswi tim The Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala-Universitas Parahyangan (WISSEMU), Bandung, Fransiska Dimitri Inkiriwang dan Mathilda Dwi Lestari, berhasil mencapai puncak Everest pada Kamis, 17 Mei 2018, pukul 05.50 waktu Kathmandu atau 07.05 WIB.
“Mereka berdua sehat dan summit bersamaan,” kata Carolina, salah satu anggota tim pendukung, di Bandung, Kamis.
Fransiska dan Mathilda, 24 tahun, beranjak dari Camp 3 pada Rabu lalu pukul 23.30 waktu Nepal atau Kamis dinihari WIB. Anggota tim pendukung di Bandung, M. Reinaldo Theta Auriga, Rabu, mengatakan kemarin tim pendaki sudah sampai di Camp 3 di ketinggian 8.300 meter dari permukaan laut (mdpl).
Informasi lain dari akun media sosial WISSEMU menyebutkan ketinggian di atas 8.000 mdpl biasa disebut dengan death zone. Kadar oksigen yang rendah serta ketinggian yang tidak dirancang untuk tubuh manusia akan menjadi tantangan terberat.
Selain itu, setiap pendaki punya tenggat waktu agar selamat. Pendaki diperingatkan agar tidak berada di death zone selama 24 jam.
Di zona kematian itu, kabarnya, ada sekitar 300 mayat pendaki yang meninggal akibat beberapa faktor. Ketika memasuki death zone, kadar oksigen yang bisa dihirup hanya 30 persen dibandingkan dengan di dataran rendah. Pendaki pun wajib menggunakan tabung oksigen.
Faktor terbesar kematian pendaki adalah pengaturan napas yang kurang baik, sehingga tabung oksigen habis. Faktor lain antara lain terjatuh dan hipotermia.
Catatan WISSEMU juga menyebutkan, pada keadaan lingkungan seperti itu, segala hal kecil bisa berdampak besar dan berujung kematian. Beberapa pendaki meninggal hanya karena tertidur ketika pendakian.
Sumber: Tempo