SUKABUMIUPDATE.com - Dua pelaku bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo diduga pernah mengunjungi narapidana teroris yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II Tulungagung, Jawa Timur. Dua pelaku bom bunuh diri itu adalah Tri Murtiono dan Budi Satrio. Keduanya tercatat di buku tamu atau kunjungan lapas.
Tri Murtiono adalah pelaku bom bunuh diri di pintu masuk Polrestabes Surabaya. Sedangkan Budi Satrio adalah pelaku bom bunuh diri yang ditembak mati tim Densus 88 Anti Teror di Desa Masangan, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo pada Senin, 14 Mei 2018.
Berdasarkan data kunjungan di Lapas Tulungagung, Tri Murtiono tercatat mengunjungi napiter Ridwan Sungkar pada 1 Maret 2017. Sedangkan Budi Satrio dua kali mengunjungi napiter Dedi Refrizal pada 23 Februari 2016 dan 23 Juni 2016.
<iframe id="google_ads_iframe_/14056285/tempo.co/desktop_nasional_inarticle_0" style="font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; font-stretch: inherit; font-size: inherit; line-height: inherit; font-family: inherit; vertical-align: bottom; border-width: 0px; padding: 0px; margin: 0px;" title="3rd party ad content" name="google_ads_iframe_/14056285/tempo.co/desktop_nasional_inarticle_0" width="1" height="1" frameborder="0" marginwidth="0" marginheight="0" scrolling="no"> </iframe> Meski begitu, Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Tulungagung, Manap, menilai tidak menutup kemungkinan Tri Murtiono dan Budi Satrio juga pernah berkunjung di hari yang lain. "Jika yang berkunjung lebih dari satu, yang tercatat di buku hanya satu. Meski semua identitas ditinggal," kata Manap, Selasa, 15 Mei 2018.
Belum diketahui pasti motif kedua pelaku bom bunuh diri tersebut mengunjungi narapidana teroris Dedi Refrizal di LP Tulungagung. Namun, diduga Tri Murtiono dan Budi Satrio telah jauh hari berkonsultasi kepada Dedi Refrizal yang disebut-sebut sebagai pemimpin Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Jawa Timur wilayah Barat.
"Kami masih telusuri peranan napiter di LP Tulungagung ini terhadap rangkaian aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo beberapa hari terakhir," ujar sumber yang tidak mau disebut namanya.
Manap mengaku biasa mengobrol dengan narapidana teroris Dedi maupun Naim Ba'asyir. Namun, menurut dia, tak ada yang mencurigakan. Komunikasi antara ketiga napi teroris dengannya baik. Noeim Ba'asyir bahkan sempat menyatakan penyesalannya atas serangan bunuh diri di beberapa gereja di Surabaya.
Manap mengatakan terdapat tiga narapidana teroris di Lapas Klas IIb . Pertama, Ridwan Sungkar, narapidana pindahan dari Mako Brimob, yang divonis empat tahun penjara. Ridwan Sungkar termasuk narapidana yang paling sering dikunjungi keluarganya. "Bahkan hampir setiap hari," ujarnya.
Kedua, Noeim Baasyir, narapidana pindahan dari Lapas Klas IIb Tuban, divonis enam tahun penjara. Ketiga, Dedi Refrizal (pindahan dari Lapas Kediri) yang divonis sembilan tahun penjara. "Ketika salah satu napiter dikunjungi, otomatis dua napiter lainnya ikut mengobrol," kata Manap.
Manap menambahkan ketiga napi teroris menempati sel bekas tahanan anak atau sel drupada. Untuk Noeim Baasyir sekamar dengan Ridwan Sungkar. Sedangkan Dedi Refrizal berada di sel lain, meski kedua kamar tersebut berdampingan. "Sel tersebut memang permintaan mereka, yang terpenting keamanan terjaga," katanya.
Sumber: Tempo