SUKABUMIUPDATE.com - Kejadian bom di Surabaya, melibatkan anak. Kak Seto mengingatkan bahwa anak-anak adalah golongan yang harus dilindungi. Ia meminta para pihak berwajib untuk tidak menyebut anak sebagai pelaku teroris. Pria dengan nama asli Seto Mulyadi ini menegaskan bahwa anak-anak bukanlah teroris. "Mereka itu adalah korban, bukan pelaku. Anak-anak itu diberikan bujuk rayu, pemaksaan, atau intimidasi. Hal ini harus diwaspadai karena akan lebih banyak lagi anak-anak yang dijadikan korban untuk melakukan tindakan terorisme,” katanya di acara Seminar Kesehatan dan Gizi Remaja 15 Mei 2018.
Anak-anak dianggap sebagai golongan yang sangat mudah untuk masuk ke ‘gawang lawan’. Para petugas sering kali tidak mencurigai anak-anak karena dianggap masih bersih, polos, dan gembira. Tetapi tiba-tiba saja anak-anak dipasangi bom lalu diledakan.
Menurut Kak Seto, anak-anak sangat mudah dikenakan sugesti. Sugesti positif akan menjadikan anak mempunyai kemuliaan dan kebijaksanaan tinggi. Sebaliknya sugesti yang negatif bisa menjadi pelaku kejahatan ataupun terorisme ini. “Jadi ibaratnya melindungi anak itu perlu orang sekampung, perlu bersama-sama. Jadi mohon ada kepedulian," katanya.
Ia menyarankan agar kelompok masyarakat setingkat rukun tetangga dan rukun warga mau ikut melindungi anak. Sehingga bila ada orang tua yang berlaku mencurigakan terhadap anaknya, warga bisa peduli dengan mengambil tindakan. "Kalau sudah tidak ada lagi yang dapat dilakukan, warga harus segera lapor ke polisi," katanya.
Menurut Kak Seto, saat ini masih banyak kelompok warga yang tidak peduli kepada anak-anak lingkungan sekitarnya. Sehingga ada anak yang terhasut ke wilayah terorisme. Kak Seto memohon agar betul-betul ada kepedulian bersama untuk saling melibatkan, mendengar, dan mengawasi sekitar. Diperlukan kewaspadaan dan kepedulian bersama, serta melakukan tindakan nyata. "Sifat gotong royong, kebersamaan, kekeluargaan dalam lingkup RT, RW, desa dan harus lebih ditingkatkan. Ingat, 'Membutuhkan satu desa untuk membesarkan anak', tidak hanya orang tua," kata Kak Seto mengutip pepatah .
Sumber: Tempo