SUKABUMIUPDATE.com -Â Menteri Kesehatan Nila Moeloek menghadiri pertemuan Dewan Koordinasi Stop Tuberkulosis (TB) Partnership ke-29 di Rocco Forte Hotel da Rome, Berlin, Jerman. Pertemuan ini dihadiri sejumlah negara lain dan organisasi kesehatan dunia.
Nila menjelaskan, ada enam topik penghentian TB yang bakal dibahas dalam peretemuan ini. Diantaranya tentang upaya-upaya yang akan dilakukan oleh organisasi Stop TB Partnership untuk menghentikan penyebaran Tuberkulosis. “Selanjutnya membahas kebutuhan vaksin yang lebih efektif dari vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin),†kata Nila dalam keterangan tertulis, Jumat (19/5).
Vaksin itu menjadi upaya untuk mengurangi risiko infeksi TB dan perkembangannya. Nila menjelaskan distribusi vaksin BCG untuk negara berkembang tetap dilanjutkan agar dapat mencegah penularan kejadian TB pada anak. “Saat ini ada 13 kandidat vaksin di dalam TB vaccine pipeline yang diharapkan sebelum 2025 dapat diproduksi dan diimplementasikan,†ujarnya.
Nila mengatakan, forum ini meyakini proyek TB Reach dapat memberikan dukungan pada kegiatan penemuan dan pengobatan dini, serta memastikan pengobatan pasien sampai sembuh. “TB Reach difokuskan kepada masyarakat yang tidak terjangkau,†ujarnya.
Selain itu, dalam pertemuan ini akan mendorong kemitraan TB kaukus untuk meningkatkan komitmen dan dukungan kepala negara dan kepala pemerintahan dalam penanggulangan TB. Kemitraan TB kaukus itu beranggotakan lebih dari 2.300 anggota dari 130 negara.
TB kaukus nantinya lebih banyak memberikan perhatian dalam dukungan sumberdaya penanggulangan TB Multi Drug Rasistant (MDR). Diharapkan, TB-MDR masuk dalam agenda Anti Microbacterial Resistance (AMR) pada United Nasion High Level Meeting 21 September 2017 di Markas Besar PBB, New York.
Selanjutnya dibahas persiapan jelang UN High Level Meeting tentang TB di Majelis Umum PBB pada 2018. Nantinya akan ada delapan hasil yang diharapkan dari pertemuan tingkat tinggi tersebut, diantaranya cakupan universal penanganan dan pencegahan TB, menghormati keadilan, etika dan hak asasi manusia, keempat penelitian dan inovasi ilmiah, kelima pemantauan dan evaluasi kemajuan, keenam tindakan terhadap AMR, jaminan kesehatan dan TB-MDR, dan meningkatkan respons TB/HIV.
“Hasil tersebut akan dibahas lebih lanjut di steering committee di Jenewa pada Mei 2017 dan pertemuan tingkat Menteri di Moskow November 2017,†kata Nila.
Terakhir forum ini membahas soal perangkat dan peran Global Drug Facility (GDF) dalam menjamin kualitas obat TB, menjamin bahan dan alat diagnostik, dan meningkatkan manajemen logistik. Menurut Nila, beberapa fokus perhatian sampai saat ini adalah terkait penyediaan obat TB berkualitas yang tepat waktu dan terjangkau, optimalisasi formulasi dan paket obat yang praktis dan mudah, penerapan shorter MDR-TB regimens, pemanfaatan tes cepat molekuler yang portable, piranti perencanaan penyediaan, dan distribusi obat TB yang baik.
Â
Sumber:Â Tempo