SUKABUMIUPDATE.com - Mantan Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan aliansi strategis Rusia-dunia Islam dapat menjadi model kemitraan dan kerja sama yang positif untuk membangun peradaban dunia baru yang berkemajuan, berkeadilan dan berkeadaban. “Aliansi strategis Russia-Dunia Islam merupakan alternatif positif,†katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (18/5).
Din menjelaskan Rusia dapat mengedepankan pendekatan kemitraan ramah Islam yang saling menguntungkan. Rusia memerlukan dunia Islam terutama untuk mendukung bidang politik dan kerja sama ekonomi. Sedangkan dunia Islam pun dapat memanfaatkan kekuatan Rusia yang masih menyisakan keunggulan ilmu pengetahuan teknologi dan ekonomi.
Din telah menjadi anggota aliansi tersebut sejak 2007. Menurut dia, jika aliansi strategis Rusia-dunia Islam dapat mengubah visi strategis ke dalam aksi-aksi strategis maka akan ikut mendukung terwujudnya tatanan dunia baru yang damai, adil dan sejahtera.
Menurut Din, setelah perang dingin, dunia terjadi ketakpastian. Kedua tesis The End of History Fukuyama dan The Clash of Civilization Huntington memang terjadi. Namun mendorong konvergensi. Sayangnya, konvergensi tersebut tidak berwajah positif terhadap dunia Islam sebagai pilar penting peradaban dunia. “Yang terjadi justru permusuhan terhadap Islam baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti adanya proxy war antara sesama negara Islam,†kata dia.
Din menilai globalisasi yang semula dimaksudkan untuk menciptakan keadaan monolitik dalam bidang politik dan ekonomi yang bersifat liberalistik, justru membangkitkan negara-negara lain. Itu ditandai oleh kebangkitan Asia Timur. Akibatnya, negara-negara barat merasa terkalahkan sehingga membangkitkan ultra-nasionalisme seperti yang terjadi di Amerika Serikat dan beberapa negara barat.
Guru Besar Politik Islam Global FISIP UIN Jakarta tersebut menyayangkan dunia barat masih melihat Islam sebagai ancaman dibanding mitra strategis untuk kemajuan bersama. Dengan begitu, adanya aliansi strategis Rusia-dunia Islam menjadi solusi positif. “Walaupun tidak ada makan siang gratis, Rusia dapat mengedepankan pendekatan kemitraan ramah Islam yang tentu saling menguntungkan,†kata Din.Â
Â
Sumber: Tempo