SUKABUMIUPDATE.com - Badan Geologi mencatat sejumlah potensi kerusakan alam di wilayah Geopark Nasional Ciletuh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Obyek wisata alam di pesisir selatan itu sedang dipromosikan sebagai kawasan Geopark Dunia ke United Nations Organization for Education, Science and Culture.
Kepala Badan Geologi Ego Syahrial mengatakan, setidaknya ada empat faktor potensi kerusakan itu diantaranya berasal dari penambangan liar serta perilaku pengunjung.
Penambangan liar dan pembukaan lahan yang berlebihan di area Geopark Ciletuh menyebabkan sungai semakin keruh dan menimbulkan pencemaran lingkungan.
“Penambangan tanpa ijin harus dihentikan, bahkan tambang resmi pun sebaiknya dibatasi atau tidak diperpanjang,†katanya Sabtu (6/5).
Longsor dan kerusakan lahan serta lingkungan juga harus diantisipasi akibat perkembangan hunian. Untuk penginapan di lokasi sekitar situs geologi, Badan Geologi meminta agar tidak dibangun hotel bertingkat. “Cukup homestay yang ditingkatkan pelayanannya,†ujar Ego.
Pihak pengelola dan pemerintah daerah perlu mewaspadai pula sampah-sampah buangan pengunjung. Ego mencontohkan kasus sampah di Gunung Rinjani yang memprihatinkan dan beredar di media social.
“Pengunjung yang berjubel dan tidak diatur waktu kunjungannya bisa menyebabkan kerusakan dan kecelakaan,†kata dia.
Setelah menjadi inisiator Geopark Kaldera Batur dan Geopark Gunug Sewu menjadi Geopark Dunia, kini Badan Geologi menyokong kawasan Ciletuh-Pelabuhan Ratu untuk mendapat status sama. Geopark atau taman bumi merupakan konsep baru model pemanfaatan warisan kebumian untuk keberlangsungan hidup masyarakat lokal secara berkesinambungan.
Konsep gagasan UNESCO itu adalah mengembangkan kawasan geopark secara berkelanjutan dengan memadukan tiga keragaman, yaitu geologi, hayati, dan budaya. Badan Geologi sejak beberapa tahun lalu telah melakukan inventarisasi keragaman geologi sekaligus warisan geologi kawasan Ciletuh.
Dari sudut pandang kegeologian, ujar Ego, kawasan Ciletuh-Pelabuhan Ratu punya keunikan dan eksotika tersendiri, seperti Curug Cikaso yang menjadi salah satu lokasi favorit pengunjung.
"Kawasan ini memberikan bukti terjadinya tumbukan lempeng tektonika (lempeng) samudera dengan lempeng benua,†kata dia.Â
Â
Sumber: Tempo