SUKABUMIUPDATE.com - Hoax nyatanya melingkupi juga dunia makanan dan kesehatan. Konsultan nutrisi menyebutkan setidaknya ada tiga makanan yang diklaim berbahaya bagi kesehatan, padahal sebenarnya itu hanya hoax.Â
Susu berbahaya bagi kesehatan.Â
"Sampai penelitian detik ini, susu masih bermanfaat bagi tubuh, membantu kepadatan tulang," ujar ahli gizi Jansen Ongko di Jakarta, Senin, 16 Januari 2017.Â
Dia mengatakan, kalaupun ada kejadian seseorang menderita diare setelah meminum susu, itu bukan karena susu. "Kalau ada kejadian diare setelah minum susu, itu biasanya kekurangan enzim. Enzim itu sebenarnya diproduksi tubuh kita sendiri. Cukup tidak enzim mencerna laktosa di susu itu? Enzim bisa bekerja apabila protein sudah terpenuhi," katanya.Â
"Untuk orang Indonesia, kebutuhan protein saja belum terpenuhi, apalagi menciptakan enzim untuk memproses laktosa," tutur Jansen.Â
Air dingin menggemukkan.Â
Ahli gizi Leona Victoria Djajadi mengungkapkan, air dingin yang kita konsumsi saat tiba di lambung berada dalam suhu sama seperti tubuh. Karena itu, tidak benar air dingin langsung menyebabkan kegemukan. "Mana mungkin air tetap dingin di suhu kita yang 37 derajat."Â
"Waktu air masuk usus, suhunya sudah sama dengan suhu tubuh. Jadi tidak mungkin cairan dingin itu secara langsung menyebabkan kegemukan," katanya. "Mengapa cairan dingin dibilang menggemukkan? Sebab, biasanya dingin-dingin itu manis, seperti sirup."Â
Makanan hewani berbahaya.Â
Jansen mengatakan kebanyakan mereka yang menjalani diet alkali cenderung menjadi vegetarian. Hal ini karena munculnya anggapan makanan hewani itu asam. Kondisi tubuh yang asam diklaim menjadi jalan bagus bagi sel kanker tumbuh.
"Kebanyakan yang menjalani diet alkali akan menjadi vegetarian. Sebab, mereka menganggap makanan hewani itu acidic atau asam, sehingga membuat tubuh lebih asam. Lalu ada klaim bahwa sel kanker bertumbuh karena kandungan darah yang asam," ucapnya.Â
"Padahal asam diregulasi tubuh kita sendiri. Bukan karena apa yang kita makan. Jadi, kalau tubuh tak sehat, otomatis keseimbangan PH akan terganggu. Kalau PH darah tak beraturan, harus cuci darah," tutur Jansen.