SUKABUMIUPDATE.com - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat meminta masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi guna menghindari peredaran uang palsu.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB Prijono mengimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan ciri-ciri uang rupiah asli yang telah dilengkapi dengan unsur pengamanan. Dalam uang kertas rupiah telah diperkuat dengan menggunakan color shifting, rainbow feature, latent image, ultra violet feature, blind code, dan rectoverso.
"Ada beberapa fitur pengamanan yang digunakan dalam rupiah tahun emisi 2016 ini yang perlu diketahui oleh masyarakat," ujar Prijono dalam temu media di Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB, Mataram, Jumat (13/1).
Prijono menjelaskan color shifting merupakan fitur pengamanan yang apabila uang kertas dilihat dari sudut pandang yang berbeda akan terjadi perubahan warna secara kontras.
Selain itu, fitur pengamanan lain adalah rainbow feature. Fitur ini akan terlihat apabila uang kertas dilihat dari sudut tertentu akan muncul gambar tersembunyi multi warna berupa angka nominal.
Fitur lain yang cukup tersembunyi adalah latent image. Latent image akan muncul apabila uang kertas dilihat dari sudut tertentu dan akan muncul berupa teks BI ada bagian depan dan angka nominal pada bagian belakang. Selain itu, fitur yang lebih kompleks adalah dengan menggunakan sinar ultra violet.
Fitur blind code, lanjut Prijono, berbeda dengan uang kertas tahun emisi sebelumnya yang menggunakan simbol yang berbeda untuk masing-masing nominal. Pada uang kertas TE 2016, efek rabaan atau tactile effect yang digunakan berupa sepasang garis sejajar yang jumlahnya berbeda antarpecahan.
Rectoverso adalah fitur keamanan yang saat ini banyak dibahas di media lantaran dianggap menyerupai simbol tertentu. Prijono menjelaskan rectoverso merupakan metode pengamanan yang apabila diterawang akan berbentuk gambar saling isi berupa logo BI.
"Jadi tidak ada maksud untuk membentuk simbol tertentu, Gambar tersebut merupakan logo BI yang dipotong secara diagonal dan harus dilihat dengan cara diterawang," ujar Prijono.
Sumber: Tempo