SUKABUMIUPDATE.COM - Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, Kamis (1/12), memperingati Hari AIDS Sedunia di Surabaya, Jawa Timur, yang menjadi salah satu kota dengan penularan HIV, virus peruntuh kekebalan tubuh manusia, tertinggi di Indonesia.
"Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan penemuan kasus HIV yang tinggi bersama dengan provinsi DKI Jakarta, Papua, Jawa Barat dan Jawa Tengah," kata Nila.
Dalam kesempatan tersebut, Menkes mencanangkan gerakan ajakan tes HIV untuk masyarakat umum, dalam bentuk Kegiatan Kampanye Peduli HIV/AIDS dengan slogan TOP yang merupakan kependekan dari "temukan, obati dan pertahankan".
"Temukan" yaitu segera temukan orang dengan HIV/AIDS (ODHA), "obati" ialah segera obati ODHA dengan antiretroviral (ARV) dan "pertahankan" maksudnya pertahankan kualitas hidup ODHA.
Menkes mengatakan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah karena sejak 2005 sampai dengan Desember 2015 telah dilaporkan 191.073 orang terinfeksi HIV di Indonesia. Sehingga persoalan tersebut perlu menjadi perhatian banyak pihak.
Dia mengatakan faktor risiko penularan HIV terbanyak adalah melalui hubungan seks yang berisiko pada heteroseksual sebanyak 66 persen, penggunaan jarum suntik tidak steril 11 persen, seks sesama jenis 3 persen, serta penularan dari ibu ke anak 3 persen.
Sementara, menurut data Kemenkes, jumlah kasus AIDS di Indonesia tertinggi adalah pada ibu rumah tangga (10.626), tenaga nonprofesional/karyawan (9.603), wiraswasta (9.439), petani/peternak/nelayan (3.674), buruh kasar (3.191), penjaja seks (2.578), PNS (1.819) dan anak sekolah/ mahasiswa (1.764).
"Data-data yang didapat tersebut di atas mendasari dalam strategi pencegahan dan pengendalian HIV AIDS yaitu dengan pendekatan yang berfokus dalam keluarga dan masyarakat," kata dia.
Menkes mengatakan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS harus dilakukan bersama sama oleh pemerintah bersama dengan seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai hasil yang sesuai dengan harapan.
Oleh karena itu, kata dia, diperlukan upaya pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berperilaku hidup sehat, mengatasi masalah kesehatan secara mandiri, berperan aktif dalam pembangunan kesehatan serta menjadi penggerak dalam pembangunan berwawasan kesehatan.
"Kami berharap dan menyampaikan ajakan pada semua masyarakat untuk tidak ragu-ragu maupun takut dalam melakukan Tes HIV, tidak melakukan diskriminasi maupun stigma pada orang yang melakukan tes HIV dan tidak menstigma orang yang terinfeksi HIV dikarenakan semua orang berpeluang untuk terinfeksi HIV," kata dia.Â