SUKABUMIUPDATE.com - Sampah makanan dari program makan bergizi gratis menjadi salah satu masalah yang harus dicarikan solusinya. Kementerian Lingkungan Hidup menghitung, potensi sampah makanan dari program ini bisa lebih dari 2 ribu ton per hari atau lebih 600 ribu ton per tahun.
Melansir tempo.co, KLH menyebutkan potensi timbulan sampah makanan dari Program Makan Bergizi Gratis di Indonesia bergantung pada beberapa faktor. Mulai dari skala program, jumlah penerima manfaat, efisiensi distribusi, perilaku konsumen serta pelaku operasional di lapangan.
Baca Juga: Progres Proyek Jalan Tol Sukabumi-Ciranjang-Padalarang: Rencana Dibangun 2025
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup Novrizal Tahar mengatakan jika program ini dijalankan secara nasional, jumlah penerima manfaat dapat mencapai 24 juta orang jumlah siswa SD, data Kemendikbud tahun 2023/2024.
Menurut dia, dengan asumsi setiap siswa menghasilkan sampah makanan sebesar 50 -100 gram per hari. Berdasarkan paparan Kemenko Bidang Pangan, potensi timbulan dapat mencapai 2.400 ton/hari atau 624 ribu ton/tahun.
Baca Juga: Bobodoran Sunda: Cerita Ujang Sedang Ngobrol dengan Orang Bule
"Dari jumlah timbulan sampah sisa makan ini maka berpotensi menghasilkan emisi gas rumah kaca sebesar 200.760 ton CO2eq," kata Novrizal dilansir dari Tempo.co, Rabu, 15 Januari 2025.
Hitungan potensi tersebut baru dari asumsi siswa MBG untuk siswa sekolah dasar se Indonesia. Novrizal mengatakan secara umum untuk menangani sampah makanan di Indonesia dilakukan langkah-langkah yang antisipatif melalui pendekatan yang holistik. Caranya, kata dia, melalui transformasi kebijakan yang mengakomodasi upaya pengelolaan sampah dari hulu hingga ke hilir disertai dengan kebijakan pendukung dan pendekatan sirkular ekonomi.
Baca Juga: Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi Fokus Pemulihan Kehidupan Para Penyintas Bencana
Langkah lainnya, menurut Novrizal, dengan pengembangan kebijakan dan penguatan komitmen anggaran yang mengadopsi standar nasional yang terukur untuk pengurangan sampah makanan, terutama dalam hal proses distribusi, pemasaran, dan konsumsi (tahapan sisa pangan) dengan memperketat pengawasan sehingga dapat mengurangi kehilangan sisa pangan secara signifikan.
"Upaya itu mencakup target ketahanan energi dan kemandirian pangan, tantangan food waste harus dikurangi dengan menargetkan pengurangan kehilangan pangan sejak dari produksi hingga tahap konsumsi sebesar 50 persen pada tahun 2030," ucapnya.
Baca Juga: Dokumen, Cara Daftar dan Besaran Gaji Pegawai BGN SPPI Batch 3, Cek Disini!
Novrizal juga membeberkan langkah berikutnya, yakni penguatan infrastruktur dan teknologi sangat penting untuk meningkatkan efisiensi fasilitas penyimpanan dan pengolahan pangan/sisa makanan. Ada juga langkah peningkatan kesadaran tentang perubahan perilaku konsumen dan peningkatan komunikasi yang informatif dan edukatif juga harus dilakukan secara simultan.
"Sehingga praktek pengelolaan sampah sisa makanan dapat diimplementasikan secara masif di tingkat tapak untuk mengurangi food waste, melakukan pemilahan, melakukan pengumpulan serta pengolahan sampah sisa makanan di sumber/fasilitas pengolahan sampah sehingga tidak dibuang ke landfill," kata dia.
Baca Juga: 7 Contoh Kalimat Bahasa Sunda Sehari-hari dan Artinya, Kumaha Damang?
Khusus penanganan sampah makanan setelah pelaksanaan Makan Bergizi Gratis, menurut Novrizal, dapat dilakukan melalui penyusunan SOP yang memuat proses pembuatan, alur distribusi, hingga pada penanganan sampah pasca konsumsi dibuat dengan pertimbangan kelayakan, efisiensi dan mengikuti pedoman pengelolaan sampah sisa makanan yang tepat.
Ia juga mendorong adanya penguatan koordinasi dan kerja sama antar pemerintah pusat, pemerintah daerah sektor swasta, dan lainnya sebagai upaya kolaboratif dalam rangka mitigasi food waste.
Baca Juga: Bangun Masjid di Mangunjaya, Pemkot Sukabumi Salurkan Bantuan bagi Warga Terdampak Bencana
Selain itu, ia juga meminta pelibatan pihak dengan peran sebagai penyedia/donatur pangan, bank pangan dan penerima manfaat diedukasi untuk memenuhi kaidah penanganan pangan hingga pada penyaluran pangan. "Penyediaan fasilitas sarana dan prasarana layak dalam pelaksanaan MBG," kata dia.
Di Sukabumi untuk Pakan Ternak?
Sementara saat memantau pelaksanaan MBG di Kota Sukabumi, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat (Jabar) Bey Machmudin menyebut harus ada inovasi untuk mengatasi masalah baru dari sampah makanan gratis ini.
Baca Juga: Respons Aduan Masyarakat, DPUTR Perbaiki 20 Ruas Jalan di Kota Sukabumi Pada 2024
Ia menggaris bawahi masalah sampah ini karena jangan dibiarkan menumpuk dan membusuk.“Butuh kreatifitas atau inovasi jadi sampah sisanya dibuang seperti tulang ayam, sayuran dan sebagainya. Kan itu juga memudahkan untuk pemilahan sampah dari awal dan itu bisa untuk pakan ternak,” kata dia, kepada wartawan usai meninjau program Makan Bergizi Gratis (MBG) hari ke tiga di Kota Sukabumi, Rabu (8/1/2025).