SUKABUMIUPDATE.com - G30S/PKI (Gerakan 30 September 1965) adalah sebuah peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. G30S/PKI melibatkan upaya kudeta yang diduga dilakukan oleh kelompok dalam Partai Komunis Indonesia (PKI).
PKI berusaha menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan, yang mana sejarah menyebutnya sebagai G30S/PKI.
Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional, yakni peristiwa G30S/PKI terjadi pada dini hari 30 September hingga 1 Oktober 1965. Pemberontakan G30S/PKI berada di bawah pimpinan Letnan Kolonel (Letkol) Untung.
Baca Juga: Update 17/9: Top 5 Klasemen Sementara PON XXI Aceh Sumut 2024
Saat itu, sekelompok perwira militer yang menamakan diri mereka sebagai Gerakan 30 September (G30S/PKI) menculik dan membunuh enam jenderal TNI Angkatan Darat, serta satu perwira pertama. Ketujuh tokoh itu meliputi:
Perwira TNI AD yang Diculik dan Dibunuh dalam Peristiwa G30S/PKI
- Letnan Jenderal Ahmad Yani
- Mayor Jendral Raden Soeprapto
- Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono
- Mayor Jenderal Siswondo Parman
- Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan
- Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
- Letnan Satu Pierre Andreas Tendean
Dalam peristiwa G30S/PKI, Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri dari pembunuhan, meski dirinya menjadi sasaran utama.
Namun, lolos dari pembunuhan G30S/PKI tidak lantas membuat penderitaan Panglima TNI AH Nasution bebas secara utuh. Putri dari AH Nasution, Ade Irma Nasution meninggal dunia akibat tembakan para penculik.
Ade Irma Nasuiton tewas bersama ajudannya, Lettu Pierre Andreas Tendean yang diculik dan ditembak di Lubang Buaya.
Kini, tujuh jenderal tersebut telah resmi ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Kemudian sejak UU Nomor 20 tahun 2009 diresmikan, gelar Pahlawan Revolusi berubah dan sudah diakui sebagai Pahlawan Nasional.
Baca Juga: Tragedi Berdarah Bojongkokosan Sukabumi Menyulut Bandung Lautan Api
Peristiwa G30S/PKI menjadi salah satu bagian yang paling kompleks dan penuh kontroversi dalam sejarah Indonesia. Gerakan 30 September memiliki dampak jangka panjang pada politik, masyarakat, dan kebudayaan di Indonesia.
Setelah peristiwa pemberontakan G30S/PKI, Mayor Jenderal Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), bergerak cepat untuk mengendalikan situasi.
Mayjen Soeharto melakukan operasi penumpasan Gerakan 30 September pada 1 Oktober. Melalui operasi tersebut, Soeharto berhasil merebut kendali Jakarta dan memulihkan ketertiban.
Baca Juga: Letkol Eddie Soekardi, Pemimpin Pertempuran Bojongkokosan Asal Sukabumi
Diketahui, sebagaimana merujuk laman resmi SMK Muhammadiyah 8 Paciran, G30S/PKI merupakan sebuah gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno serta mengubah Indonesia menjadi negara yang menerapkan sistem komunis.
Gerakan 30 September dipimpin langsung oleh DN Aidit yang saat itu menjabat sebagai ketua PKI atau Partai Komunis Indonesia. Sementara itu, Letkol Untung memimpin pasukan yang dianggap setia atau loyal kepada PKI.
Letkol Untung sendiri adalah anggota dari Pasukan Pengawal Istana atau kerap disebut Cakrabirawa.