SUKABUMIUPDATE.com - Kanker kandung kemih adalah jenis kanker yang berkembang di lapisan dalam kandung kemih, organ berbentuk balon di panggul yang menyimpan urine sebelum dikeluarkan dari tubuh.
Diketahui, salah satu jenis kanker dengan prevalensi tinggi adalah kanker kandung kemih atau bisa disebut dengan Bladder Cancer (BCa).
Kanker kandung kemih menempati urutan ke-10 di dunia dengan jumlah kasus baru pada tahun 2020 sebanyak 573.000 kasus (van Hoogstraten et al., 2023). Di Indonesia sendiri, jumlah penderita BCa pada tahun 2015-2020 berada di angka 20.053 orang. Besarnya angka tersebut menujukkan perlunya perhatian lebih dari masyarakat dan juga tenaga kesehatan terhadap kanker kandung kemih.
Atas tingginya prevalensi penderita kanker kandung kemih tersebut, Krisna Seiya mahasiswa asal sukabumi selaku ketua tim bersama rekannya menciptakan kolaborasi dalam menekan prevalensi dengan upaya deteksi sedini mungkin membuat alat DOTS BCa (Detection on The Spot Bladder Cancer).
Baca Juga: Kadar Purin Tinggi! 10 Makanan yang Tidak Boleh Dimakan Penderita Asam Urat
Lebih lengkapnya, Alat Deteksi Dini Kanker Kandung Kemih Berbasis Quantum Dots dengan Fluorescence Resonance Energy Transfer Terintegrasi Application Programming Interface Klasifikasi Fuzzy Logic ini diciptakan oleh tim PKM yang diketuai oleh Krisna Seiya mahasiswa Universitas Brawijaya asal Sukabumi. Tim PKM ini beranggotakan Verousson Ahmad (Kedokteran), Ajeng Lintang KS (Kedokteran), Evan Manuel Tan (Teknik Komputer), dan Levina Nasywa Faustin (Teknik Elektro) di bawah bimbingan dan arahan Ir.Nurussa’adah,M.T. juga Dr.dr.Taufiq Nur Budaya,Sp.U (K).
Kolaborasi pembuatan didanai oleh Kemendikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) skema Karsa Cipta yang berlangsung kurang lebih empat bulan.
”Metode skrining saat ini menggunakan ELISA atau enzyme-linked immunosorbent assay, metode ini relatif mahal dan hanya dapat digunakan sekali pakai” ujar Verous dalam keterangannya, dikutip Kamis (4/7/2024).
Metode ELISA juga memiliki batas deteksi hampir tidak kurang dari tingkat konsentrasi nanomolar, yang tidak memadai untuk mencapai ambang batas klinis dari banyak biomarker protein, terutama pada tahap awal penyakit, tambah Ajeng.
Inovasi alat deteksi dini kanker ini dikemas dalam bentuk prototipe dengan menggunakan sensor AS-7341 dan memanfaatkan metode Fluorescence Resonance Energy Transfer yang berbasis quantum dots.
“DOTS BCa ini prosedur penggunaannya cukup mudah dengan memasukkan cuvette glass yang telah di isi dengan sampel urin yang sudah disentrifugasi dan diinkubasi dengan quantum dots yang dikonjugasikan dengan antibody 47-Kilodalton, setelah itu alat akan menembakkan cahaya UV dengan panjang gelombang sekitar 365nm dan sensor akan menangkap perubahan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh quantum dots” ujar Seiya selaku Ketua Tim.
Baca Juga: 278 Kalori/Porsi, Resep Pumpkin Pie Bebas Gula untuk Makanan Penutup Sehat
Tak hanya itu Levina menambahkan bahwa nantinya akan dilakukan seleksi kondisi dengan klasifikasi Fuzzy Logic, agar nanti pembacaan dari sensor dapat menentukan positif atau negatif. Selanjutnya levina mengatakan untuk mengetahui positif atau negatifnya kami akan melakukan ujicoba sampel dengan alat spektrofotometri untuk mengetahui perubahan intensitasnya.
Di sisi lain, Evan mengatakan alat deteksi dini kanker yang dibuatnya sudah terintegrasi dengan Application Programming Interface, sehingga setiap fasilitas kesehatan yang menggunakan alat ini dapat mengadopsi kedalam sistem dan terus dirasakan manfaatnya.
Saat ini tim DOTS BCa sedang melakukan ujicoba terhadap sampel urin dan terus melakukan improvisasi agar alat ini mendapatkan akurasi yang tinggi. Tak hanya itu, Inovasi ini sudah mendapat Hak Kekayaan Intelektual dan juga kedepannya akan diajukan untuk paten sederhana.
Ir.Nurussa’adah,M.T, selaku supervisor mengatakan ”Dengan adanya inovasi ini saya pribadi berharap besar terhadap dampak nyata untuk menekan prevalensi penderita kanker kandung kemih melalui upaya deteksi dini dan dengan harapan mendapatkan penangangan lebih awal. Saya bangga dengan usaha adek-adek mahasiswa dan doa saya untuk adek-adek suatu saat nanti inovasi dapat bermanfaat luas untuk keberlangsungan masyarakat"
Tak hanya itu Dr.dr.Taufiq Nur Budaya,Sp.U(K) juga menambahkan, “Tentunya saya sangat bangga dan mengapresiasi adik-adik mahasiwa karena membawa inovasi yang besar dan terbarukan mengenai kanker kandung kemih. Ditambah, untuk biomarker yang digunakan itu baru dan lebih spesifik ke kanker kandung kemih dibanding biomarker yang lain, serta belum pernah ada yang memakai biomarker sejenis untuk alat deteksi dini. Doa yang terbaik untuk adik-adik mahasiswa, tetap semangat dan semoga hasilnya dapat memberi manfaat bagi masyarakat”.
Baca Juga: 14 Camilan Sehat Penurun Berat Badan, Cara Membuatnya Simpel di Rumah Aja!
Dengan lahirnya inovasi deteksi dini kanker kandung kemih, diharapkan dapat membantu menekan prevalensi penderita kanker kandung kemih melalui upaya deteksi sedini mungkin dan sebagai bentuk kontribusi nyata dari Universitas Brawijaya untuk mengikuti perkembangan di dunia teknologi kesehatan.