SUKABUMIUPDATE.COM - Bank Indonesia menyatakan pemerintah perlu teratur dan disiplin dalam mengalokasikan anggaran untuk mensubsidi bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR), agar janji penurunan suku bunga KUR hingga tujuh persen pada 2017 dapat tercapai.
"Pemerintah setiap tahun harus secara teratur dan dispilin menyiapkan subsidi untuk bunga, karena kalau tidak bunganya akan kembali ke 12-15 persen," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat.
Pada tahun ini, pemerintah sudah menurunkan bunga KUR menjadi sembilan persen dari 2015 sebesar 12 persen, dan 2014 yang sebesar 22 persen. Pada 2017, pemerintah berencana menekan bunga KUR hingga tujuh persen.
Di tahun ini, untuk mendorong lembaga penyalur KUR memasang suku bunga sembilan persen, pemerintah menggelontorkan subsidi sebesar Rp10,5 triliun.
Menurut Agus, pengalokasikan subsidi sepanjang tahun ini sudah berjalan baik. Akibat subsidi KUR tersebut, lembaga penyalur KUR, yang mayoritas perbankan, masih memiliki struktur dan aliran pembiayaan (cashflow) yang sehat, meskipun menurunkan suku bunga KUR dapat memicu risiko pengurangan marjin.
"Artinya bank tidak dipaksa untuk meberikan pembiayaan dengan bunga yang murah tetapi memang ada subsidi," ujarnya.
Di sisi lain, suku bunga Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan juga secara tahun berjalan telah berkurang. Hal itu menurunkan beban biaya dana bank untuk memperoleh likudiitas, sehingga bank memiliki marjin yang terjaga untuk menurunkan bunga kredit.
Pengurangan bunga DPK tersebut, kata Agus, bisa "sedikit" mengompensasi jika pemerintah berencana menurunkan subsidi KUR.
"Karena secara umum tingkat bunga DPK sudah turun, di sini mungkin yang membuat masih ada pelonggaran subsidi sehingga tidak menggunakan seperti yang dianggarkan," imbuh Agus.
Agus juga mengingatkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan belum sesuai ekspektasi otoritas moneter. Masih lambannya pertumbuhan kredit perbankan itu pula yang diperkirakan bisa turut menghambat realisasi penyaluran KUR yang ditargetkan pemerintah secara total sebesar Rp120 triliun pada 2016.
"Tetapi target bahwa satu tahun itu Rp120 triliun kita mesti sama-sama lihat, karena pertumbuhan kredit 2016 masih belum seperti yang kita inginkan. Masih rendah," ujarnya.
Menurut data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, hingga September 2016 penyaluran KUR sudah mencapai sekitar 65 persen dari target Rp120 triliun. Penyaluran tersebut meliputi kredit mikro sebesar Rp44,7 triliun dan ritel Rp20,5 triliun. Sementara untuk penempatan tenaga kerja Indonesia baru terealisasi Rp79,5 miliar.