SUKABUMIUPDATE.com - Masyarakat saat ini mengeluhkan harga beras yang sedang mahal. Hal itu langsung disoroti serius oleh pengusaha di bidang pertanian asal Sukabumi, Ayep Zaki.
Ayep Zaki mengatakan, kenaikan harga tidak hanya terjadi pada beras, tetapi juga pada jagung dan kedelai. Kondisi ini disebut dengan istilah komoditi pajale atau padi, jagung dan kedelai.
"Jadi memang harga pajale ini sedang naik ya. Kalau beras itu kan dari gabah padi, maka harganya juga naik. Termasuk jagung dan kedelai sebenarnya," kata Ayep Zaki dalam keterangannya, dikutip Jumat (29/9/2023).
Baca Juga: Kerjasama Mitra DBA, Budidaya Jagung Hibrida di 30 Ha Lahan Cidahu Sukabumi
Ayep Zaki menjelaskan, kenaikan harga pangan (baca: beras) itu dipicu oleh tingginya biaya produksi. Salah satu yang dimaksud adalah harga pupuk yang memang di luar dari perencanaan petani.
"Realita di lapangan, petani harus membeli pupuk dengan harga yang tinggi. Maka solusi dari saya, pemerintah harus menghadirkan pupuk yang murah. Tidak hanya murah, tapi juga berkualitas. Karena kita ingin terjadi peningkatan nilai tambah pada sektor pertanian," jelas Ayep Zaki.
Setelah memastikan menghadirkan pupuk murah dan berkualitas, lanjut Ayep, pemerintah juga harus menjamin proyeksi tanam hingga panen. Pengusaha di bidang pertanian itu juga menjelaskan, harus ada upaya peningkatan produktivitas tani dalam setiap masa panennya.
"Ini simulasi saja, misalkan, dalam sekali panen, biasanya 1 hektar menghasilkan 5 ton. Dengan menggunakan pupuk dan nutrisi yang berkualitas akan terjadi peningkatan produktivitas yang berdampak pada hasil panen naik jadi 6 ton. Dan ini sudah di uji coba selama enam tahun dan terbukti meningkatkan nilai tambah petani sampai 10 juta pertahun perhektar apabila 1 tahun 2 kali panen, tentu ini meningkatkan gairah petani dan naiknya produksi pertanian dalam negeri apabila dikerjakan secara serentak maka tidak akan ada lagi kekhawatiran masalah ketersediaan pangan" pungkas Ayep Zaki.
Baca Juga: Ayep Zaki Bantu Pemuda Tani Merah Putih, Sacha Inchi Menuju Ikon Pertanian Sukabumi
Dan pemerintah, kata Ayep Zaki, harus menjamin pembelian gabah yang dihasilkan para petani lokal di Indonesia disertai pembeliannya dengan harga yang adil.
"Sebab kita tahu, kebanyakan hasil tani itu dibeli oleh tengkulak dengan harga sangat murah, tapi dijual ke konsumen dengan harga tinggi. Problem ini harus diatasi pemerintah," ujarnya.
Solusi mengatasi harga beras mahal yang kedua, lanjut Ayep Zaki, selama upaya meningkatkan nilai tambah pertanian padi itu, mau tidak mau pemerintah harus melakukan impor. Namun, sebelum itu, pemerintah harus kembali berbicara dengan masyarakat khususnya dari petani langsung hingga pengusaha.
Baca Juga: Tingkatkan 70% Pendapatan Masyarakat Sukabumi, Ayep Zaki Fokus di Pertanian
Tujuannya yaitu untuk menyepakati angka-angka yang ideal dan rasional dalam menjual beras impor kepada masyarakat. Namun tidak mengganggu harga dari beras lokal yang dihasilkan petani di Indonesia.
"Ya, silakan impor beras. Cari negara yang penghasil beras yang kualitasnya baik. Misalkan Vietnam, atau negara manapun itu. Tapi catatannya, harganya harus sesuai dengan angka-angka yang disepakati pemerintah dengan masyarakat, petani, dan pengusaha. Dan yang terpenting, marginnya jangan tinggi. Karena ini demi rakyat," papar Ayep Zaki.
Menurut Ayep Zaki, pemerintah jangan mengambil margin yang besar dari impor beras. Sebab hal itu bukan merupakan bagian dari solusi atas harga beras yang mahal saat ini.
"Jadi menurut saya, pemerintah memang benar-benar harus hadir untuk masyarakat. Memastikan beras yang dijual dengan harga murah, tapi kualitasnya baik, bagus, dan mencukupi nutrisi. Sembari itu, di sektor pertaniannya, harus terjadi peningkatan nilai tambah," pungkasnya.
(ADV)