SUKABUMIUPDATE.com - Insiden menyalahkan angin seolah menjadi tren kekinian ketika musibah terjadi, seperti kasus kebakaran di Gunung Bromo. Pasalnya, pihak wedding organizer (WO) menyebut kebakaran bukan hanya terletak di penggunaan flare dalam foto Prewedd, melainkan juga angin dan rumput di sekitar Bromo.
Publik semakin geram mendengar kabar tersebut karena pihak WO seolah cuci tangan dan membela diri terkait ulahnya yang memicu kebakaran di Gunung Bromo.
Namun tak hanya insiden kebakaran di Gunung Bromo, ada tiga insiden besar di Indonesia yang juga menyalahkan angin. Merangkum dari berbagai sumber, berikut ulasannya:
Daftar Insiden Besar di Indonesia yang Salahkan Angin
1. Insiden kebakaran di Gunung Bromo
Terbaru, pihak WO menyalahkan rumput dan angin sebagai penyebab dari kebakaran di Gunung Bromo. Mustaji, pengacara pihak WO, menyinggung bahwa rumput dan angin menjadi penyebab kebakaran tersebut.
Baca Juga: 12 Tips Mendidik Anak Perempuan Agar Memiliki Kepribadian Baik
Saat sesi photoshoot pasangan Prewedding, angin berhembus kencang sehingga flare yang dibawa oleh kedua calon pengantin mengakibatkan kebakaran besar. Tak hanya itu, rumput savana di area gunung Bromo juga diklaim dalam keadaan sangat kering sehingga mudah terbakar menjadi kobaran api yang besar.
2. Gas Air Mata dalam Konflik Pulau Rempang
Informasi terkini dalam kasus bentrok di Pulau Rempang, Kota Batam pada Kamis, 7 September 2023, gas air mata dilaporkan berdampak pada anak-anak sekolah. Namun mengutip Tempo.co, Polri menyebutkan alasan gas air mata tertiup angin.
Polri menyatakan tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat kepolisian saat bentrokan tertiup angin sehingga mengarah ke sekolah di Pulau Rempang-Galang, Batam, Kepulauan Riau, pada Kamis, 7 September 2023.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Ahmad Ramadhan membantah ada korban luka-luka yang menimpa aparat keamanan maupun warga. Ia juga menyanggah ada siswa pingsan maupun bayi yang meninggal dalam peristiwa ini.
3. Gas Air Mata dalam Tragedi Kanjuruhan
Membaca kembali insiden maut dalam tragedi kanjuruhan yang juga menyalahkan angin sebagai penyebab. Mengutip Tempo.co, majelis hakim Pengadilan Negeri atau PN Surabaya menjatuhkan vonis bebas untuk terdakwa kasus tragedi Kanjuruhan Ajun Komisaris Bambang Sidik Achmadi dalam sidang yang digelar pada Kamis, 16 Maret 2023.
Baca Juga: 9 Cara Mendidik Anak Laki-laki Agar Penurut Pada Orang Tua
Hakim menilai gas air mata pasukan dalmas tak mencederai suporter karena asapnya hilang tertiup angin.
Kausalitas Angin dan Gas Air Mata dalam Tragedi Kanjuruhan
Diawali pada pukul 22.03 ada seorang suporter turun ke lapangan, lalu disusul dua lainnya, untuk mendekati pemain Arema FC yang gontai karena takluk 2- 3 oleh Persebaya Surabaya.
Selanjutnya sejumlah suporter ikutan turun ke lapangan dan mencoba mendekati pemain Arema FC. Mereka berbondong-bondong berupaya memeluk penjaga gawang Arema FC, namun ada pula yang melayangkan pukulan.
Melihat kondisi kian tak kondusif, pemain Persebaya diimbau meninggalkan Stadion Kanjuruhan dalam waktu 5 menit. Semenit kemudian suporter menggeruduk ruang ganti pemain, namun berhasil dicegah dan dihalau pasukan dalmas.
Pada saat bersamaan, banyak suporter turun dari tribun selatan ke arah pasukan brimob yang dipimpin Hasdarmawan. Mereka melempari aparat menggunakan batu dan botol air minum sambil berusaha menerobos pasukan brimob.
Baca Juga: 8 Tantangan Belajar Filsafat, Seperti Prinsip Hidup Stoikisme
Pukul 22.09, melihat suporter mulai anarkistis, Hasdarmawan memerintahkan anggotanya menembakkan gas air mata ke arah datangnya ancaman. Dalam waktu yang sama, Bambang Sidik juga memerintahkan anggotanya yang bernama Satrio Aji Lasmono dan Willy Adam Adi menembakkan gas air mata ke tengah lapangan dekat gawang bagian utara.
Bambang Sidik selanjutnya menerima panggilan dari Wahyu Setyo Pranoto melalui handy talky agar mengawal mobil barakuda pemain Persebaya yang tak bisa jalan terhalang bangkai mobil lalu lintas polisi yang dihancurkan suporter.
Bambang pun menaiki kendaraan water canon guna mengawal barakuda.Hakim berpendapat, asap gas air mata yang ditembakkan pasukan dalmas terdorong angin ke arah selatan menuju ke tengah lapangan.
Dan ketika asap tersebut sampai di pinggir lapangan sisi selatan pukul 22.10 sudah hilang tertiup angin ke atas. Hal itu dipertegas oleh saksi Dwi Siswanto, Manajer Rakayasa PT Pindad, yang menyatakan bahwa efek gas air mata akan hilang karena trauma angin dan sinar matahari.
Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau TGIPF Tragedi Kanjuruhan menyimpulkan gas air mata jadi penyebab utama kematian massal di insiden maut tahun 2022 lalu.