SUKABUMIUPDATE.com - Jongko Joyoboyo yang sekarang dikenal sebagai gubahan dari Kitab Musarar, sebenarnya sebutan untuk "Kitab Asrar" karangan Sunan Giri ke-3.
Kitab Asrar/Musarar memuat Ikhtisar (ringkasan) riwayat negara Jawa, yaitu gambaran silih bergantinya negara sejak zaman purbakala hingga jatuhnya Majapahit. Kemudian diganti dengan Ratu Hakikat, sebuah kerajaan Islam pertama di Jawa yang disebut sebagai "Giri Kedaton".
Salah satu isi Ramalan Jayabaya adalah Asmarandana yang memuat sebanyak 21 poin.
Baca Juga: 5 Fakta Pembunuhan Siswi di Cianjur: Korban Hamil, Ditembak Pacar hingga Tewas
Berikut daftar lengkap 21 isi Asmarandana dalam Ramalan Jayabaya yang dikutip dari E-Book Publikasi bertajuk "Ramalan Joyoboyo" yang diakses dari situs adoc.pub, Jumat (28/4/2023).
21 Isi Ramalan Jayabaya Asmarandana: Gubahan Kitab Musarar Sunan Giri
1. Kitab Musarar dibuat tatkala Prabu Jayabaya di Kediri yang gagah perkasa. Musuh takut dan takluk, tak ada yang berani.
2. Beliau saktisebab titisan Batara Wisnu. Waktu itu Sang Prabu menjadi raja agung pasukannya raja-raja.
3. Terkisahkan bahwa Sang Prabu punya putra lelaki yang tampan. Sesudah dewasa dijadikan raja di Pagedongan. Sangat raharja negaranya.
4. Hal tersebut menggembirakan Sang Prabu. Waktu itu tersebutkan Sang Prabu akan mendapat tamu, seorang raja pandita dari Rum (Konstantinopel/Istanbul) bernama, Sultan Maolana.
5. Lengkapnya bernama Ngali Samsujen. Kedatangannya disambut sebaik mungkin. Sebab tamu tersebut seorang raja pandita lain, maka bangsa pantas hormat.
6. Setelah duduk, Sultan Ngali Samsujen berkata: "Sang Prabu Jayabaya, perkenankan saya membeli petuah padamu mengenai Kitab Musarar."
7. Yang menyebutkan tinggal tiga kali lagi kemudian kerajaanmu akan diganti oleh orang lain". Sang Prabu mendengarkan dengan sebaik-baiknya. Karena beliau telah mengerti kehendak Dewata.
8. Sang Prabu segera menjadi murid sang Raja Pandita. Segala isi Kitab Musarar sudah diketahui semua. Beliau pun ingat tinggal menitis 3 kali lagi.
9. Kelak diletakkan dalam teken Sang Pandita yang ditinggal di Ka'bah yang membawa Imam Supingi untuk menaikkan Khutbah.
10. Senjata ecis itu bernama Udharati. Dikelak kemudian hari ada Maulana masih cucu Rasul yang mengembara sampai ke Pulau Jawa membawa ecis tersebut. Kelak menjadi punden Tanah Jawa.
11. Raja Pandita pamit dan musnah dari tempat duduk. Kemudian terkisahkan setelah satu bulan Sang Prabu memanggil putranya.
12. Setelah sang putra datang lalu diajak ke gunung Padang. Ayah dan putra itu setelah datang lalu naik ke gunung.
13. Disana ada Ajar bernama Ajar Subrata. Menjemput Prabu Jayabaya seorang raja yang termasuk titisan Bhatara Wisnu.
14. Karenanya, Sang Prabu sangat waspada, tahu sebelum kejadian mengenai raja-raja karena Sang Prabu menerima sasmita gaib.
15. Bila Islam seperti Nabi, Prabu Jayabaya bercengkrama di gunung sudah lama. Bertemu dengari ki Ajar di gunung Padang. Adapun yang bertapa brata sehingga apa yang dikehendaki terjadi.
16. Tergopoh-gopoh menghormati. Setelah duduk ki Ajar memanggil seorang endang yang membawa sesaji, berwama-warni isinya. Tujuh warna-warni dan lengkap delapan dengan endangnya.
17. Jadah (ketan) setakir, bawang putih satu talam, kembang melati satu bungkus, darah sepitrah, kunir sarimpang, sebatang pohon kajar dan kembang mojar satu bungkus.
18. Kedelapan endang seorang. Kemudian ki Ajar menghaturkan sembah: "Inilah hidangan kami untuk sang Prabu". Sang Prabu waspada kemudian menarik
senjata kerisnya.
19. Ki Ajar ditikam mati. Demikian juga endangnya, keris kemudian dimasukkan lagi. Orang cantik-cantik berlarian karena takut, sedangkan putra raja kecewa melihat perbuatan ayahnya.
20. Sang putra merasa takut. Kemudian mereka pun pulang, datang di kedaton, Sang Prabu berbicara dengan putranya.
21. Hai anakku. Kamu tahu ulah ki Ajar yang saya bunuh. Sebab berdosa kepada guru saya Sultan Maulana Ngali Samsujen tatkala masih muda.
Baca Juga: 4 Fakta Kasus Pencabulan di Al Zaytun, Ponpes Viral Karena Kontroversi Shalat Ied
Seperti diketahui, isi Ramalan Jayabaya kerap dikaitkan dengan peristiwa faktual masa kini, mengingat beberapa ramalannya benar-benar terjadi. Seperti namanya, Ramalan Jayabaya adalah prediksi yang dikeluarkan oleh Prabu Jayabaya, raja di Kerajaan Panjalu Kediri, pembawa kejayaan pada masa itu.
"Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong" adalah Ramalan Jayabaya pertama yang benar terjadi di Indonesia pada abad ke-15 masehi atau sekitar tahun 1.400. Ramalan Jayabaya ini menceritakan tentang Kisah Majapahit yang memeluk agama Islam.
Ramalan Jayabaya "Murcane Sabdo Palon Noyo Genggong" menjadi kenyataan tatkala Raja Majapahit yang terakhir, Brawijaya memilih meninggalkan agama negaranya dan pindah haluan ke agama Islam.
Sumber: adoc.pub