SUKABUMIUPDATE.com - Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, mengungkapkan jika China masih menetapkan suku bunga pinjaman sebesar 3,4% untuk proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Proses negosiasi yang Luhut lakukan agar China menurunkan suku bunga menjadi 2% tampaknya gagal.
Luhut menyatakan meskipun suku bunga 3,4% tersebut lebih tinggi dari yang diinginkan yaitu 2%, namun itu masih lebih rendah dibandingkan dengan negara lain yang rata-rata mematok suku bunga sebesar 6%.
Baca Juga: Heboh! China Meminta APBN Jadi Jaminan Hutang Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Meskipun begitu, Menko Marves itu menegaskan, jika Indonesia masih memiliki kemampuan untuk membayar pinjaman tersebut karena keuangan negara semakin baik, terlihat dari penerimaan pajak yang naik 48,6% pada Januari 2023.
Dengan demikian, Luhut menegaskan bahwa tidak ada masalah dengan suku bunga pinjaman sebesar 3,4% yang ditetapkan oleh China.
Kendati demikian warganet di media sosial masih mengingat jika dulu investor Jepang pernah memberikan penawaran bunga sebesar 0,5 persen, berikut uraiannya seperti melansir dari Suara.com.
Baca Juga: Heboh! China Meminta APBN Jadi Jaminan Hutang Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Investor Jepang Pernah Tawarkan Bunga 0,5 Persen
Pada Juli 2015 silam, investor Jepang sempat menawarkan pinjaman dengan bunga ringan dan jangka waktu panjang untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
Studi rinci tentang proyek ini telah dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA).
Ketua Tim Ahli Wakil Presiden kala itu, Sofjan Wanandi, mengatakan bahwa Jepang dan China harus bersaing dalam menawarkan opsi terbaik untuk proyek ini, termasuk tingkat kandungan komponen lokal untuk kereta.
Sofjan juga menyatakan bahwa investor Jepang menawarkan pinjaman dengan bunga yang lebih rendah, yakni suku bunga 0,5% per tahun selama 40 tahun.
Ketika itu Jepang menawarkan nilai investasi kereta cepat mencapai 6,2 miliar dollar AS, di mana bagian 75 persen dibiayai Jepang berupa pinjaman dengan tenor 40 tahun dan bunga 0,1 persen per tahun.
Sayangnya kala itu Jepang meminta jaminan utang APBN sehingga pemerintah memikirkan ulang.Ditangah perundingan, China mendadak muncul dan melakukan studi kelayakan untuk proyek yang sama.
China menawarkan nilai investasi lebih murah yakni 5,5 miliar dollar AS dengan skema investasi 40 persen kepemilikan China dan 60 persen kepemilikan lokal yang berasal dari konsorsium BUMN.
Dari estimasi investasi itu, sekitar 25 persen akan didanai menggunakan modal bersama. Sementara sisanya berasal dari pinjaman dengan tenor 40 tahun dan bunga yang diklaim saat itu sebesar 2 persen per tahun (kini berubah jadi 3,4 persen per tahun dan meminta jaminan ).
Sementara, melansir dari data yang diungkapkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) pada akhir 2022 lalu, biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung meningkat sebesar US$1,449 miliar atau setara dengan Rp 21 triliun.
Sehingga total nilai proyek yang merupakan patungan antara Indonesia dan China itu meningkat menjadi US$7,5 miliar atau setara dengan Rp 117 triliun.
Kekinian suku bunga yang ditetapkan China sebesar 3,4 persen serta meminta APBN menjadi jaminan.
Sumber: Suara.com