SUKABUMIUPDATE.com - Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai.
Kekinian, Banjir bandang menerjang Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan (Sumsel) pada Kamis (9/3/2023) kemarin. Data sementara menunjukkan 4 kecamatan dilanda banjir dan dua kecamatan terdampak tanah longsor.
Ke empat kecamatan titik banjir bandang Lahat tersebut diantaranya Kikim, Jarai, Pulau Pinang dan Mulak Sebingkai. Sementara dua titik kecamatan terdampak tanah longsor yaitu Mulak Ulu dan Gumay.
Baca Juga: 20 Destinasi Wisata di Lembang Bandung: Dekat dari Sukabumi, Bisa PP!
Mengutip Suara Sumatera (Portal Suara.com), Bencana Banjir bandang Lahat, Sumsel adalah yang terparah selama lima tahun terakhir, menurut Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).
Direktur Walhi Sumsel, Yuliusman mengungkapkan jika banjir bandang awal tahun ini sebenarnya sudah mendapatkan sinyal di tahun-tahun sebelumnya. Sayangnya sinyal ini tidak ditangkap Pemerintah dalam upaya pencegahan dini.
Walhi Sumsel mencatat banjir bandang di Lahat tidak lain hasil akumulasi kerusakan lanskap yang juga disumbang oleh wilayah sekitarnya.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Sukapura, Raden Wirawangsa dan Wangsadikusuma: Pemberontakan Dipati Ukur
Karena itu, upaya konsolidasi bersama pemerintah daerah, baik kabupaten Lahat, Empat Lawang, Pagar Alam termasuk wilayah Tebing memperbaiki kerusakan lanskap yang sudah terjadi saat ini.
"Banjir bandang ini terbesar dan terparah setelah lima tahun terakhir, memang bukan yang pertama, namun sinyal-sinyal bakal lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya memang tidak dicegah lebih awal," ujarnya, dikutip Jumat (10/3/2023).
Bencana banjir dalam konteks hulu permasalahan ialah perubahan bentang alam (lanskap) yang sudah terdegrasi sekaligus hutan yang sudah terforestasi.
Dengan kondisi demikian, daya atau benteng pertahanan resapan air di wilayah tersebut sudah rusak.
"Pemda Bupati Lahat, Empat Lawang, Pagar Alam hendaknya duduk bersama mencari solusi ke depan agar tidak terulang lagi, kasian warga, yang terdampak bisa lebih luas," tegasnya.
Baca Juga: Nostalgia di Drakor Reply 1988, Ceritakan Keluarga dan Cinta Segitiga
Dia pun menyayangkan warga yang terdampak begitu besar.
Dengan kata lain, Pemerintah tidak melalukan upaya mitigasi atau informasi mencegah agar warga lebih waspada atau bersiap sebelum bencana tersebut terjadi.
"Ini potret bagaimana Pemerintah lemah mitigasi, padahal sudah ada BMKG. Hal lebih esesialnya soal kelola landskap yang seangat eksploitatif, mengubah bentang dan fungsi alam. Jika banjir sudah bisa diantisipasi, tentu warga lebih bersiapsiaga. Beginilah jika pengelolaan SDA sangat eksploitatif masif terjadi di Sumsel, dan bukan tidak mungkin, wilayah lain mengalami hal serupa," imbuhnya.
Baca Juga: Info Loker Jawa Barat Lulusan SMA, Lokasi Penempatan Dekat Sukabumi
BPBD mencatat terdapat 181 rumah warga yang rusak sekaligus mengakibatkan satu bocah meninggal dunia. BPBD Lahat menyebutkan terdapat 3.000 jiwa warga yang terdampak akibat banjir bandang di kabupaten yang dikenal wilayah tambang tersebut.
Adapun BPBD Lahat menyebut tiga desa terdampak paling besar berada di Desa Pelajaran dan Nanti Giri Kecamatan Jarai, serta Desa Lubuk Sepang, Kecamatan Pulaupinang.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lahat, Ali Afandi mengatakan banjir tersebut disebabkan meluapnya air Sungai Lematang setelah kawasan itu diguyur selama dua hari terakhir. Akibat banjir yang masih berlangsung saat ini Jembatan Tanjung Sirih yang menghubungkan Lahat - Kota Pagar Alam via Gumay Ulu ditutup sementara karena ketinggian air sudah melewati jembatan.
Selain itu diketahui juga, seorang bocah laki-laki berinisial GD (11) warga Bandar Agung, Lahat, dilaporkan meninggal dunia setelah terseret arus, jasadnya ditemukan sekitar pukul 12.00 WIB oleh tim Basarnas.
Sumber: Suara Semarang (Portal Suara.com)