SUKABUMIUPDATE.com - Kasus kebakaran yang terjadi di Depo Pertamina Plumpang, Koja, Jakarta Utara Jumat (3/3/2023) menyisakan duka bagi keluarga korban.
Insiden yang menimpa Depo milik PT Pertamina (Persero) di Plumpang, Jakarta Utara cukup menyita perhatian publik.
Tragedi Depo Pertamina Plumpang tersebut menyumbang daftar panjang kasus kebakaran di Indonesia.
Sebelum insiden kebakaran hebat itu, Indonesia telah dikenal sebagai negara yang cukup sering mengalami kebakaran. Dilansir dari berbagai sumber via Tempo.co, kebakaran yang paling sering adalah Kebakaran Hutan dan Lahan atau Karhutla.
Baca Juga: 31 Contoh Paribasa Sunda dan Artinya, Salah Satunya Caang Bulan Opat Welas
Tahun 2019 lalu, Kebakaran Hutan mencapai 857 hektare. Jumlah tersebut meningkat 62 persen dibanding karhutla 2018 dan juga merupakan yang terbesar dalam empat tahun terakhir.
Data SiPongi Karhutla Monitoring Sistem mencatat rincian daftar peringkat tiga provinsi dengan Karhutla paling luas, diantaranya:
1. Provinsi Kalimantan Tengah dengan luas Karhutla mencapai 134 ribu ha.
2. Provinsi Kalimantan Barat dengan karhutla seluas 127 ribu ha.
3. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan luas Karhutla 119 ha.
Dari 10 provinsi dengan Karhutla terluas, empat di antaranya berada di Kalimantan, tiga di Sumatera, dua di Nusa Tenggara, dan satu di Papua. Bencana ini diduga akibat sebagian lahan kosong bekas kebakaran yang beralih fungsi menjadi perkebunan sawit.
Sepanjang tahun 2015 hingga 2019, kebakaran paling besar terjadi pada tahun 2015 dan tahun 2019 yang membakar sekitar 2,6 juta dan 1,6 juta ha hutan dan lahan.
Bencana tersebut juga didukung oleh kondisi musim kemarau berkepanjangan dan El Nino yang terjadi di Indonesia. Dari dua kebakaran hebat tersebut, sekitar 29% nya terjadi di Lahan Gambut.
Tarik mundur tahun 2014, Sumatera Selatan merupakan provinsi dengan karhutla terluas saat itu. Yakni mencapai 646 ribu ha sekitar 25% dari total.
Pada tahun tersebut luas karhutla mencapai 2,6 ha dan merupakan yang terluas dalam enam tahun terakhir.
Baca Juga: Nostalgia di Tren Instagram National Little You Day, Wisata Masa Lalu!
Berdasarkan data dari Pantau Gambut, bencana asap juga menimpa Provinsi Riau dan Aceh. Bahkan hutan dan lahan di kawasan itu sudah terbakar sejak awal tahun 2022.
Padahal, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan awal datangnya musim kemarau tahun 2022 di Indonesia baru akan terjadi pada periode April-Juni dan memasuki puncak musim kemarau pada bulan Juni hingga September 2022.
Berdasarkan hasil analisis Pantau Gambut, area gambut rentan terbakar paling luas berada di Provinsi Riau, yaitu seluas 2 juta ha, disusul oleh Kalimantan Tengah, seluas 1,2 juta ha. Dua provinsi tersebut kerap mengalami kebakaran gambut setiap tahun.
Baca Juga: 5 Amalan Malam Nisfu Syaban Selain Puasa: Istighfar hingga Baca Yasin
Berdasarkan data pemantauan hotspot tahun 2023 jumlah hotspot dari tanggal 1-19 Januari 2023 ada 31 titik. Angkanya ini disebutnya naik 29% dari periode yang sama pada tahun lalu.
Menko Polhukam Mahfud MD meminta semua pihak terkait untuk meningkatkan kewaspadaan atas potensi peningkatan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di tahun 2023.
Sejalan dengan prediksi BMKG iklim tahun 2023 ini akan lebih kering dari tahun 2022.
"Dari prediksi BMKG terdapat potensi terjadinya El Nino setelah 3 tahun terakhir 2020, 2021, 2022 terjadi La Nina. Sehingga diperkirakan akan terjadi peningkatan potensi karhutla seperti yang terjadi di tahun 2019," ujar Menko Mahfud MD, dikutip Senin (6/3/2023).
SUMBER: TEMPO.CO | NOVITA ANDRIAN