SUKABUMIUPDATE.com - Kabar kelangkaan minyak goreng kini datang dari produk besutan pemerintah, yakni MinyakKita. Pasar Parungkuda Kabupaten Sukabumi dalam sepekan ini bahkan mengalami kelangkaan untuk produk MinyakKita.
Harga MinyakKita di Pasar Parungkuda Kabupaten Sukabumi saat ini bahkan tembus hingga Rp16 ribu per liter. Padahal, Produk Minyak goreng yang diinisiasi oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan itu harusnya hanya dijual dengan seharga Rp14 ribu per liter, sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian atau Menko Perekonomian Airlangga Hartarto buka suara ihwal program biodiesel B35 yang dianggap Menteri Perdagangan atau Mendag Zulkifli Hasan alias Zulhas menyedot bahan baku produksi minyak goreng, sehingga Minyakita menjadi langka, seperti dikutip via Tempo.co.
Baca Juga: Minta Dua Kali, Pembunuh Wanita di Sungai Cipelang Sukabumi Ditangkap di Sasagaran
Airlangga mengatakan, program biodiesel B35 merupakan program yang ditujukan untuk menangani lemahnya demand akibat adanya gerakan-gerakan di Eropa. Namun, dia juga memastikan adanya program B35, produsen CPO tetap menjamin suplai minyak di dalam negeri sehingga tidak terganggu. Bahkan, kata Airlangga, per bulan disiapkan sekitar 450 ton atau meningkat dari sebelumnya sekitar 350 ton.
“Ini yang tentunya akan didalami dan masalah-masalah distribusi itu yang perlu terus dimonitor, terutama menjelang hari besar keagamaan,” kata Airlangga ketika ditemui wartawan di Kemenko Perekonomian, Selasa, 31 Januari 2023.
Baca Juga: Waspada Modus Penipuan! Simak Cara Mudah Melacak Nomor Telepon Tak Dikenal
Zulhas sebelumnya memang mengungkap penyebab stok minyak goreng merek Minyakita yang langka di pasaran. “Semua orang nyarinya Minyakita. Minyakita sekarang menjadi tren,” ujar dia di Shangri-La Hotel, Jakarta Pusat, pada Senin, 30 Januari 2022.
Zulhas menjelaskan dulu, Minyakita di pasar bentuknya curah. Namun sekarang dikemas dengan menarik, bahkan bentuknya menyerupai minyak-minyak premium. Untuk ketersediaannya juga bisa didapatkan di retail modern hingga di pasar tradisional.
“Jadi semua orang, ibu-ibu dan lainnya itu, carinya Minyakita. Padahal kan jatahnya 300 ribu ton per bulan. Ya tentu di pasar jadi kurang,” kata dia dikutip Selasa (31/1/2023).
Baca Juga: Warga dan Pelajar Ciemas Demo Jalan Rusak di Kawasan Geopark Ciletuh Sukabumi
Selain itu, pemerintah juga mengubah B20 menjadi B35. Program B20 menyedot crude palm oil atau CPO sebesar 9 juta kiloliter, begitu berubah menjadi B35 bertambah menjadi 4 juta kiloliter sehingga yang disedot sebanyak 13 juta kiloliter. “Sementara, memang ekspor sekarang agak melambat ya,” tutur Zulhas.
Sebelumnya diketahui, salah satu penyebab adanya kelangkaan produk MinyaKita diakibatkan ada perubahan alur distribusi. Di mana dari distributor selaku pihak pertama, menyalurkan MinyaKita langsung ke agen atau pihak ketiga.
Selain itu, penyebab lainnya adalah adanya sistem transaksi PO (purchase Order) dalam pembelian MinyaKita ke distributor, membuat pedagang akhirnya terpaksa membeli MinyaKita ke agen.
SUMBER: TEMPO.CO | RIRI RAHAYU | MOH. KHORY ALFARIZI