SUKABUMIUPDATE.com - Laporan Harian Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut soal 'harta karun super langka' pada Kamis 15 Desember 2022.
Harta karun super langka yang dimaksud bersumber dari Lumpur Lapindo, Sidoarjo, Jawa Timur, yaitu Lithium dan Stronsium.
Dikutip dari dataharian.esdm.go.id, Lithium adalah salah satu mineral langka yang berfungsi sebagai bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.
Sementara Stronsium berguna untuk bahan baku industri elektronik.
Hal tersebut tertuang dalam Reviu Informasi Strategis Energi dan Mineral Harian, 15 Desember 2022 Kementerian ESDM, romawi III, tentang Sektor Geologi, Mineral, Batubara dan Umum.
Baca Juga: Lumpur Lapindo Mengandung Logam Tanah Jarang, Dibutuhkan Kendaraan Listrik
Rahasia umum saat ini terkait dengan hal tersebut yakni Indonesia sedang gencar mengembangkan baterai kendaraan listrik.
Kabar terbaru, pemerintah dikabarkan bakal memberikan insentif pembelian mobil listrik sebesar Rp 80 juta.
Sedangkan untuk pembelian sepeda motor listrik bakal diberikan insentif sebesar Rp 8 juta (sebelumnya Rp 6 juta). Kemudian, untuk konversi motor listrik insentif yang didapatkan yakni Rp 5 juta.
Baca Juga: Bakal Dapat Insentif Rp 80 Juta Untuk Pembelian Mobil Listrik di Indonesia
Bahan baku pengembangan baterai listrik juga bisa dilakukan dengan menggunakan nikel dan mineral logam tanah jarang (LTJ).
Indonesia dinyatakan belum memiliki Lithium sebagai bahan baku kendaraan listrik hingga saat ini.
Namun siapa sangka, Lumpur Lapindo yang pernah mengukir tragedi mematikan di Indonesia ternyata mengandung temuan mineral logam kritis bernama lithium.
Menanggapi hal tersebut, Balai Besar Pengujian Mineral dan Batu Bara atau TEKMIRA, mitra Kementerian ESDM kini sedang melakukan pengujian ekstraksi untuk temuan Lithium dan Stronsium pada Lumpur Lapindo.
Baca Juga: Pengeboran Panas Bumi di Cikakak, DPESDM: Bantu Stabilitas Listrik di Sukabumi
Catatan Badan Geologi menyebut kadar Lithium dalam Lumpur Lapindo, Sidoarjo mencapai 99 – 280 PPM sedangkan Stronsium kadarnya mencapai 255 – 650 PPM.
Apabila dikaitan dengan sektor ekonomi, saat ini upaya mendapatkan investor guna membangun industri memang masih sangat sulit dilakukan mengingat kandungan Lithium dan Stronsium yang masih dianalisis.
Oleh karena itu, tindak lanjut Kementerian ESDM terhadap harta karun yang sangat langka ini, dilakukan melalui pemetaan tantangan penemuan potensi lithium dan stronsium, meliputi:
- Tantangan Infrastruktur Terbatas.
Belum tersedianya industri berbasis baterai yang butuh Lithium untuk saat ini. - Tantangan Sumber Daya dan Cadangan Temuan Mineral Langka.
Sumber Daya dan cadangan Lithium, Stronsium maupun logam tanah jarang belum tersedia. Serta belum ada yang mengatur tentang tata kelola lithium dan stronsium di dalam negeri. - Jumlah Potensi Temuan Mineral Langka.
Permasalahan mendasar sebagaimana industri pengolahan pada umumnya, yakni belum diketahui pasti jumlah potensi lithium dalam lumpur lapindo.
Baca Juga: Jokowi Yakin Elon Musk Tertarik Bangun Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia
Sebelumnya diketahui Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo merupakan peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Lumpur Lapindo terjadi 16 tahun yang lalu yaitu tanggal 27 Mei 2006.
Adapun, susunan Lumpur Lapindo di Sidoarjo terdiri atas 70% air dan 30% padatan dengan kadar garam (salinitas) lumpur sangat tinggi (38-40%). Kadar garam lumpur lapindo ini lah yang menyebabkan sifat asin.
Hal tersebut dikutip dari penelitian Alvin Juniawan, Barlah Rumhayati, Bambang Ismuyanto dari Jurusan Kimia, Universitas Brawijaya Malang pada tahun 2013 silam.
Penelitian Alvin, dkk (2013) tersebut berjudul "Karakteristik Lumpur Lapindo dan Fluktuasi Logam Berat Pb Dan Cu pada Sungai Porong dan Aloo".
Sumber : berbagai sumber.