SUKABUMIUPDATE.com - Grup musik Mother Bank kini tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial karena keunikannya. Terlebih setelah grup musik asal Jatiwangi, Majalengka ini mengeluarkan mini album berjudul Tanggung Renteng.
Mini album tersebut berisi enam lagu yang diedarkan secara gratis. Musik Mother Bank juga terbilang uni lantaran menggunakan instrumen berbahan keramik yang dipelopori oleh Jatiwangi Art Factory.
Melansir dari Tempo.co, Label Yes No Wave Music merilis album itu di laman resminya Senin, 19 Juni 2023.
Grup musik itu merupakan bagian dari gerakan Mother Bank yang dimotori oleh Badan Kajian Pertanahan atau BKP.
Organisasi itu kolaborasi kerja pasangan suami istri, Bunga Siagian dan Ismal Muntaha yang membuat laboratorium kajian artistik di Jatiwangi. Selain itu mereka fokus pada praktik bentuk spekulatif terhadap lansekap kultural dan isu-isu pertanahan.
Baca Juga: Stasiun Tua, Lagu Kenangan Country Jack Band Legend Sukabumi
Awal Terbentuknya Mother Bank
Belakangan mereka menggunakan pendekatan dan metode yang membayangkan BKP seperti institusi yang memiliki otoritas. Sejak awal 2021, mereka membuat bank eksperimental bernama Mother Bank yang berbentuk bank keliling di Jatiwangi, Majalengka.
Tidak seperti bank keliling yang biasa menerapkan bunga, Mother Bank memberikan pinjaman tanpa bunga dalam angsuran pengembaliannya.
Inisiasi bank itu ditujukan sebagai ekosistem pengaman ekonomi warga desa yang terdampak di masa pandemi Covid-19. “Salah satu aktivitas keluaran dari Mother Bank adalah sebuah kelompok musik yang personelnya para nasabah,” kata Bunga, Senin, 19 Juni 2023.
Judul album Tanggung Renteng mengisyaratkan soal pekerjaan atau tugas yang ditangani secara bersama. Kegiatan itu dilakukan nasabah Mother Bank secara berkelompok untuk membayar angsuran utangnya, yaitu lewat berdagang di Pasar Wakare, Jatiwangi.
Baca Juga: 21 Juni Hari Musik Sedunia, Inilah 20 Musisi Asal Sukabumi Solois Hingga Band Metal
Pengalaman Perempuan Sebagai Nasabah Bank
Menurut Bunga, album musik Mother Bank membagikan kisah pengalaman para perempuan sebagai nasabah bank keliling, juga saksi hidup perubahan di daerahnya dari pertanian ke industri.
Dinamika sosial itu juga terlihat dari antusiasme anak muda Jatiwangi untuk bekerja sebagai buruh pabrik, dan kebiasaan mereka untuk jajan kuliner ayam goreng saat gajian.
Kisah lain yang mereka nyanyikan seperti upaya ibu-ibu memanfaatkan lahan dengan bertanam, juga saat mereka berkolaborasi dengan kalangan perempuan pengrajin keramik di Magelang.
Judul tembangnya yaitu Wakare, Menanam, Jalan-jalan, Pabrik, Bubaran Sunrise, dan Jor Bae. Mereka menyanyikannya dengan lirik campuran berbahasa Sunda dan Indonesia. Albumnya bisa didengarkan di http://yesnowave.com/releases/yesno105/.
Sumber: Tempo.co