SUKABUMIUPDATE.com - Seorang pemuda di Kota Bandung enggan menjual motor trail jadul Yamaha DT 100 miliknya. Dia beralasan, motor tersebut memiliki banyak kenangan.
Yups, jauh sebelum Kawasaki KLX 150 dan CRF 150 mengaspal di Tanah Air, motor trail ikonis yang satu ini memang sudah digandrungi anak muda sejak medio 1970-an.
Sempat ditunggangi Junaedi Salat pada film Ali Topan Anak Jalanan (1977) dan digunakan pada film Roda-Roda Gila (1978), kepopuleran Yamaha DT 100 di Indonesia terus meroket.
Bahkan hingga saat ini, harga pasaran Yamaha DT 100 masih cukup tinggi. Walaupun harga pasarannya gelap, beberapa iklan di marketplace menawarkan Yamaha DT 100 dengan harga Rp 20 juta.
Yamaha DT100 dibekali mesin berkapasitas 100cc. Mesinnya menghasilkan tenaga 10 bhp pada 7.500 rpm serta torsi 9,5 Nm pada 7.000 rpm. Motor ini dapat melaju sampai kecepatan 99 kpj.
Anak muda di Kota Bandung yang jadi pemilik Yamaha DT 100 ini bernama Riro. Ia mengatakan, bahwa motor ini merupakan warisan dari orang tuanya, dan merupakan motor zaman kuliah orang tuanya.
“Saya ini motor bekas ayah saya. Sampai hari ini masih terus dirawat dan diperbaiki jika ada kerusakan. Motor ini memiliki banyak kenangan terutama, untuk bapak saya, karena motor ini dipakai pada ayah saya kuliah dulu,” ujar Riro.
Motor trail ini dibekali dengan kapasitas 7 liter bensin. Ban dengan pelek 21 inci di bagian roda depan dan 300 untuk ukuran ban belakang; dan ukuran pelek 18 inci di roda belakang.
Riro mengatakan, dalam merawat motor Yamaha DT 100 memang butuh ketekunan. Mengingat umur motor ini sudah berusia puluhan tahun, merawat mesin dan bodi pun menjadi hal wajib untuk merawat motor ini.
“Bodi sering–sering di lap kalau basah soalnya nanti takut karatan. Setelah itu perawatan mesin kaya oli, aki, busi dan karburator. Cek oli 1000 km harus ganti oli. Busi juga harus ada, soalnya suka ga nyala motornya karena basah sama bensin. Aki juga harus diperhatikan dan sering dipanaskan 10 menitan. Kalau soak susah starter," ungkapnya.
Motor DT 100 milik Riro ini pernah ditawar seharga Rp 20 juta, namun ia menolak dengan halus dikarenakan motor ini tidak ternilai harganya dan motornya sudah jadi saksi hidup keluarga.
“Motor ini pernah ada yang nawar Rp 20 Juta. Wah, kata saya, enggak akan pernah saya jual motor ini, sekalipun rusak parah ga akan sampai jadi rongsokan, bakalan terus diperbaharui. Akhirnya saya tolak karena emang ga niat dijual, dan ini motor tidak bisa dinilai dari uang. Banyak suka dukanya sebagai saksi hidup keluarga saya,” ujar Riro.
Sumber: SUARA.COM