Pameran “Of Flesh and Porcelain”: Ariadne Maraya Ungkap Emosi Lewat Lukisan Mulut

Sukabumiupdate.com
Minggu 20 Apr 2025, 18:42 WIB
Instalasi lukisan Ariadne di galeri, menciptakan atmosfer sunyi dan reflektif yang mengajak pengunjung menyelami tubuh dan kenangan. (Sumber : Instagram/@ariadnemaraya)

Instalasi lukisan Ariadne di galeri, menciptakan atmosfer sunyi dan reflektif yang mengajak pengunjung menyelami tubuh dan kenangan. (Sumber : Instagram/@ariadnemaraya)

SUKABUMIUPDATE.com - Mulut bukan sekadar alat bicara atau simbol sensualitas. Bagi seniman Ariadne Maraya, bagian tubuh ini menyimpan kontradiksi yang menarik antara kelembutan dan kebrutalan. Lewat pameran tunggal bertajuk Of Flesh and Porcelain, ia mengangkat mulut sebagai subjek utama dalam seri lukisannya yang menggugah, getir, dan penuh makna. Pameran ini digelar di Galeri Ruang Dini, Bandung, mulai 17 April hingga 11 Mei 2025, dan dibuka setiap hari kecuali Senin.

Ariadne Maraya, pelukis figuratif kelahiran Jakarta dan lulusan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung, menghadirkan rangkaian karya realis yang tak biasa. Mulut, dalam karyanya, tak hanya hadir dalam bentuk bibir merah merona atau senyum menggoda. Ia menggambarkan mulut dalam kondisi paling rawan: menganga, berdarah, rusak, bahkan menjijikkan. Dalam satu lukisan, lidah terlihat mengucurkan darah sementara gigi dihiasi aksesori. Di lukisan lain, gusi berdarah, gigi tampak bolong, kotor, dan tanggal semua direkam dengan detail realis yang nyaris membuat merinding.

Baca Juga: Seulgi Red Velvet Akan Menggelar Pameran Fotografi Pertamanya

Menurut Ariadne, ketertarikannya pada mulut bermula dari pengalaman masa kecilnya di klinik gigi milik sang bibi. Di sanalah ia menyaksikan mulut sebagai ruang tubuh yang kompleks dan penuh cerita tak hanya soal fungsi biologis, tapi juga pengalaman fisik dan emosional. Pengalaman itu terus tumbuh, diperkuat oleh kebiasaannya membaca ensiklopedia kedokteran dan mempelajari bagan anatomi. Bahkan, ia sempat mempertimbangkan untuk menjadi dokter sebelum akhirnya memilih jalur seni rupa.

Dalam keterangan tertulisnya pada Sabtu, 19 April 2025, Ariadne menyebut bahwa tubuh manusia selalu menarik perhatiannya, khususnya dalam keadaan aslinya yang tidak ideal, tidak terjaga, bahkan memburuk. "Saya selalu tertarik pada tubuh manusia, bukan dalam bentuk idealnya, tetapi dalam keadaan asli dan tidak terjaga," ungkapnya.

Pada awal seri lukisan tentang mulut ini, ia fokus pada perawatan tubuh yang berujung luka: mencabut gigi dengan kuku panjang dan terawat, membersihkan mulut hingga berdarah, atau menggores lidah hingga lecet. Namun, seiring berjalannya waktu, ia mulai menanggalkan unsur-unsur estetika tersebut. Fokusnya bergeser pada mulut yang tidak dirawat, kerusakan yang tak ditangani, dan tubuh yang dibiarkan membusuk dalam kesunyian. “Lukisan-lukisan itu menampilkan tubuh dalam keadaan memburuk, tanpa hiasan, citranya faktual didasarkan pada perubahan anatomi,” jelasnya.

Baca Juga: Sukabumi Bridal Week, Kusmana: Setara Pameran di Kota Besar

Ariadne menegaskan bahwa karyanya bukanlah studi medis. Ia tidak sedang membuat replikasi tubuh secara ilmiah. Sebaliknya, ia mencoba menghadirkan tubuh sebagai medium untuk merasakan emosi. Lukisan-lukisan ini, menurutnya, berbicara tentang kesedihan yang tertahan, kekerasan yang terpendam, dan kenangan masa lalu yang membekas secara fisik. “Seri ini juga tentang segala hal yang dikandungnya seperti hasrat, kerusakan, ekspresi, dan rasa malu,” tambahnya.

Dalam narasi visualnya, mulut tak lagi menjadi simbol komunikasi semata, melainkan wadah bagi segala bentuk emosi yang sering terpendam. Ia mengajak pengunjung untuk melihat mulut tidak hanya sebagai organ wicara, tetapi juga sebagai ruang eksistensi yang rapuh—di mana luka, trauma, dan kenangan bersemayam.

Sebagai seniman, Ariadne dikenal dengan pendekatan figuratifnya yang kuat akan introspeksi dan kritik sosial budaya. Dalam karya-karyanya, ia kerap menyentuh isu-isu seputar tubuh, identitas, dan pengalaman perempuan. Kini, dengan Of Flesh and Porcelain, ia semakin menegaskan kedekatannya dengan wacana feminis yang berani menyoroti sisi tubuh yang selama ini disembunyikan.

Baca Juga: Buka Pameran Bonsai, Bupati Sukabumi: Dorong Peningkatan Ekonomi Kreatif

Bagi penikmat seni dan siapa pun yang ingin merasakan pertemuan antara realisme, kejujuran tubuh, dan pengalaman emosional yang mendalam, pameran tunggal Ariadne Maraya ini patut untuk dikunjungi. Datanglah ke Galeri Ruang Dini, resapi setiap detail goresannya, dan biarkan tubuh khususnya mulut berbicara dengan cara yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya.

Sumber : Tempo.co

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini