Rentan Selingkuh, Benarkah Pria Bakal Puber Kedua Saat Masuk Usia 40 Tahun?

Sukabumiupdate.com
Jumat 28 Mar 2025, 10:00 WIB
Ilustrasi. Fase yang populer disebut "puber kedua" ini dapat meningkatkan risiko perselingkuhan, terutama jika komunikasi dan hubungan dalam pernikahan tidak terjaga dengan baik. (Sumber : Freepik/@freepik)

Ilustrasi. Fase yang populer disebut "puber kedua" ini dapat meningkatkan risiko perselingkuhan, terutama jika komunikasi dan hubungan dalam pernikahan tidak terjaga dengan baik. (Sumber : Freepik/@freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Istilah "puber kedua" sering digunakan untuk menggambarkan perubahan emosional atau perilaku yang dialami seseorang, termasuk pria, di usia tertentu, seperti 30-an atau 40-an.

Puber sendiri adalah masa ketika seseorang mengalami perubahan fisik, emosi, dan hormonal sebagai tanda peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Selama masa puber, tubuh mulai mengalami perkembangan yang signifikan dan melibatkan gejala hormonal, perubahan fisik dan emosional.

Masa puber biasanya terjadi antara usia 8-16 tahun, meskipun setiap individu mungkin mengalaminya pada waktu yang berbeda. Puber adalah bagian penting dari perkembangan manusia yang juga sering diiringi dengan perubahan emosional dan psikologis.

Baca Juga: Menhub: 148 Juta Penduduk Indonesia Bakal Mudik, Terbanyak di Jawa Barat

Lantas, bagaimana dengan istilah puber kedua?

Secara medis, tidak ada istilah "puber kedua" yang diakui. Perubahan yang terjadi saat "puber kedua" lebih berkaitan dengan fase kehidupan dan psikologi daripada perubahan biologis seperti pada masa pubertas.

Melansir Halodoc, di usia 40-an, pria sering dikaitkan dengan fenomena yang disebut puber kedua atau *midlife crisis*. Meski lebih sering dialami oleh pria, wanita juga bisa merasakannya. Pada pria, hal ini muncul karena kebutuhan akan perhatian dan pengakuan, sering kali dari luar rumah.

Ketika berbagai aspek kehidupan sudah stabil, pria mungkin menghadapi tekanan hidup yang lebih besar, seperti tanggung jawab keluarga, karier, atau pencapaian pribadi. Hal ini bisa memicu rasa jenuh atau keinginan untuk mencari sesuatu yang baru, yang terkadang disalahartikan sebagai "puber kedua."

Baca Juga: Dedi Mulyadi Instruksikan, 27 Daerah di Jabar Bentuk Satgas Pemberantasan Preman

Sebagai bentuk pelarian, beberapa pria yang merasa mengalami puber kedua mulai melakukan hal-hal di luar kebiasaan untuk membuktikan bahwa mereka masih hebat, seolah-olah kembali ke masa remaja. Banyak pria di usia 40 tahunan juga menolak kenyataan bahwa mereka mulai menua, yang menjadi ciri khas dari fase puber kedua.

Rasa bosan juga sering melanda pria, terutama akibat aturan ketat yang diberikan pasangan, bukan karena faktor fisik pasangan. Hal ini dapat menciptakan ketidaknyamanan dalam hubungan rumah tangga.

Dalam beberapa kasus, fase yang populer disebut "puber kedua" ini dapat meningkatkan risiko perselingkuhan, terutama jika komunikasi dan hubungan dalam pernikahan tidak terjaga dengan baik.

Namun, penting untuk diingat bahwa setiap individu berbeda. Tidak semua pria mengalami fase puber kedua, dan banyak yang tetap setia serta fokus pada keluarga dan pasangan.

Baca Juga: World Bank Sebut Kinerja Pajak Indonesia Terburuk Di Dunia

Kunci untuk mengatasi tantangan "puber kedua" adalah menjaga komunikasi yang sehat, saling mendukung, dan terus memperkuat hubungan dengan pasangan. Apabila Anda menduga pasangan mengalami puber kedua, penting untuk memperhatikan tanda-tandanya dan berkomunikasi dengan baik guna menghindari konflik lebih lanjut.

Sumber: Halodoc

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini