Memahami Anoreksia Nervosa pada Remaja: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Sukabumiupdate.com
Selasa 25 Mar 2025, 22:25 WIB
Ilustrasi seorang remaja mengalami anoreksia nervosa (Sumber: Freepik/@benzoix)

Ilustrasi seorang remaja mengalami anoreksia nervosa (Sumber: Freepik/@benzoix)

SUKABUMIUPDATE.com - Masa remaja merupakan periode penuh tantangan. Remaja berada di fase transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang seringkali dipenuhi dengan perubahan fisik, emosional, dan sosial. Di tengah tekanan dari media dan masyarakat yang kerap mempromosikan standar kecantikan tertentu, banyak remaja berjuang untuk menerima tubuh mereka sendiri. Salah satu dampak buruk dari tekanan ini adalah gangguan makan, seperti anoreksia nervosa, yang dapat menghancurkan kehidupan bahkan berujung fatal jika tidak ditangani.

Apa Itu Anoreksia Nervosa?

Anoreksia nervosa adalah gangguan makan serius dimana penderitanya memiliki ketakutan berlebihan akan kenaikan berat badan, meskipun sebenarnya mereka sudah memiliki berat badan normal atau bahkan kurang. Remaja dengan anoreksia seringkali terobsesi untuk menurunkan berat badan dengan cara membatasi asupan makanan secara ekstrem, berolahraga secara berlebihan, atau bahkan membiarkan dirinya kelaparan.

Penderita anoreksia biasanya memiliki hubungan yang tidak sehat dengan makanan, sering menciptakan ritual makan tertentu, dan merasa malu untuk makan di depan orang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan malnutrisi parah, kerusakan organ, bahkan kematian jika tidak segera diatasi.

Penyebab Anoreksia pada Remaja

Mencari tahu penyebab pasti anoreksia tidaklah mudah. Gangguan ini sering kali disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, yaitu:

1.Faktor Biologis:

Penelitian menunjukkan adanya hubungan genetik dalam gangguan makan seperti anoreksia. Ketidakseimbangan hormon dan zat kimia otak juga dapat mempengaruhi kondisi ini.

Baca Juga: Bleaching Gigi pada Anak: Apakah Aman dan Boleh Dilakukan?

2. Faktor Psikologis:

Remaja yang memiliki masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, atau gangguan obsesif-kompulsif lebih rentan terhadap anoreksia.

3. Faktor Lingkungan:

Budaya modern yang mengasosiasikan tubuh kurus dengan kecantikan menjadi salah satu pemicu utama anoreksia. Tekanan dari media, keluarga, dan teman sebaya memperburuk situasi ini.

Faktor Risiko Anoreksia

Tidak semua remaja rentan terhadap anoreksia. Namun, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko gangguan ini, seperti:

1. Jenis Kelamin:

Remaja perempuan lebih berisiko dibandingkan laki-laki.

2. Usia:

Gangguan ini umumnya dialami remaja dan dewasa muda berusia 12-25 tahun.

3. Kepribadian:

Remaja dengan kepribadian perfeksionis atau yang memiliki dorongan besar untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal lebih rentan terhadap anoreksia.

Tanda dan Gejala Anoreksia pada Remaja

Beberapa tanda dan gejala anoreksia yang umum pada remaja meliputi:

  • Takut berat badan bertambah meskipun sudah kurus.
  • Citra tubuh yang terdistorsi, merasa gemuk meskipun tubuh sangat kurus.
  • Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
  • Kehilangan menstruasi pada remaja perempuan.
  • Kelelahan, sembelit, pusing, dan rambut rontok.
  • Rambut tubuh yang berlebihan sebagai mekanisme tubuh melawan dingin akibat malnutrisi.
  • Hubungan obsesif dengan makanan dan kebiasaan makan yang tidak biasa.
  • Olahraga berlebihan untuk membakar kalori.

Bahaya Anoreksia

Baca Juga: AMSI Jatim Kecam Tindakan Kekerasan Terhadap Wartawan saat Liput Demo Tolak UU TNI

Berusaha menjaga berat badan tetap ideal adalah hal baik, tetapi jika berlebihan, anoreksia dapat menimbulkan komplikasi medis serius seperti:

  • Detak jantung tidak teratur hingga risiko gagal jantung.
  • Tekanan darah rendah dan pingsan.
  • Kerusakan hati, seperti hati berlemak.
  • Infertilitas akibat gangguan hormon.
  • Osteoporosis karena kekurangan kalsium dan nutrisi.

Penanganan Anoreksia pada Remaja

Jika remaja Anda didiagnosis menderita anoreksia, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari bantuan medis. Penanganan anoreksia biasanya melibatkan pendekatan holistik, seperti:

1. Terapi Psikologis:

Terapi keluarga dan individu penting untuk membantu remaja memahami dan mengatasi gangguannya.

2. Obat-Obatan:

Antidepresan atau suplemen estrogen kadang diberikan untuk menangani gejala yang terkait.

3. Perawatan Medis Intensif:

Dalam kasus yang parah, rawat inap mungkin diperlukan untuk memastikan pasien mendapat nutrisi yang cukup dan mencegah komplikasi medis.

Sebagai orang tua atau pengasuh, penting untuk peka terhadap perubahan perilaku anak, terutama yang berkaitan dengan pola makan dan citra tubuh. Dengan deteksi dini dan dukungan yang tepat, anoreksia dapat diatasi, dan remaja dapat kembali menjalani kehidupan yang sehat dan bahagia.

Sumber: medicalnewastoday

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini