SUKABUMIUPDATE.com - Sebagai orang tua, kita sering mengajarkan anak untuk waspada terhadap bahaya, seperti api, lalu lintas, atau hal-hal lainnya. Dalam beberapa situasi, rasa takut atau cemas dapat menjadi respons alami yang bermanfaat untuk melindungi anak. Namun, anak-anak juga sering kali merasa takut atau cemas terhadap hal-hal yang tidak dirasakan oleh orang dewasa. Ketakutan ini bisa berubah seiring bertambahnya usia anak, mulai dari takut gelap hingga kekhawatiran yang lebih kompleks.
Kecemasan pada Anak
Rasa takut dan cemas adalah bagian dari perkembangan anak yang normal. Namun, sekitar 10–20% anak usia sekolah mengalami gejala kecemasan yang signifikan. Sebagian besar kecemasan ini tidak memenuhi kriteria sebagai gangguan kecemasan, tetapi tetap dapat mengganggu keseharian anak jika tidak ditangani dengan baik.
Mengenali Kecemasan pada Bayi dan Balita
Pada usia enam hingga tujuh bulan, bayi mulai membentuk ikatan kuat dengan orang tua atau pengasuh. Perpisahan dari orang tua bahkan untuk waktu singkat dapat memicu kecemasan dan tangisan. Banyak bayi juga merasa takut terhadap orang asing, yang biasanya bersifat sementara.
Cara Mengatasi:
1. Berikan Rasa Aman
Hiburlah bayi dengan kata-kata menenangkan dan pelukan untuk membangun rasa percaya diri mereka.
2. Kenalkan Orang Baru Secara Bertahap
Gendong bayi Anda saat memperkenalkan mereka kepada orang baru sehingga mereka merasa aman.
Baca Juga: 7 Cara Efektif Mencegah Anak Merokok: Panduan Lengkap untuk Orang Tua
3. Biasakan Perpisahan Singkat
Mulailah dengan meninggalkan bayi hanya untuk waktu singkat, sambil meyakinkan mereka bahwa Anda akan kembali.
Mengenali Kecemasan pada Anak
Seiring bertambahnya usia, ketakutan anak dapat mencakup hal-hal yang lebih beragam. Beberapa ketakutan umum meliputi:
- Takut akan kegelapan
- Ketakutan akan hantu atau monster
- Kekhawatiran tentang perpisahan atau perceraian orang tua
- Kecemasan tentang perang, perampokan, atau kematian
Cara Membantu:
1. Beri anak kesempatan untuk berbicara.
Tanyakan secara spesifik tentang apa yang membuat mereka takut, misalnya, "Apa yang membuat anjing itu menakutkan?"
2. Validasi perasaan mereka
Yakinkan anak bahwa perasaan mereka dimengerti, meskipun Anda tidak merasakan ketakutan yang sama.
Mengatasi Ketakutan pada Anak yang Takut Gelap
Ketakutan terhadap kegelapan adalah salah satu kecemasan yang paling umum pada anak-anak. Sebagai orang tua, penting untuk menangani ketakutan ini dengan penuh pengertian dan empati.
Baca Juga: Kementerian HAM Minta Kapolri Hapus Kebijakan SKCK, Ini Alasannya
Tips Mengatasi:
1. Temani Anak Sebelum Tidur
Duduklah di samping mereka hingga merasa tenang.
2. Gunakan Lampu Tidur
Pasang lampu kecil di kamar mereka agar ruangan tidak sepenuhnya gelap.
3. Hindari Menakut-nakuti
Jangan gunakan cerita menakutkan untuk "mendisiplinkan" mereka.
4. Ajak Berdoa Sebelum Tidur
Aktivitas ini bisa menenangkan dan memberikan rasa aman.
Ketakutan pada Anak yang Lebih Besar
Pada usia tujuh tahun ke atas, ketakutan anak sering kali lebih realistis, seperti kekhawatiran tentang bencana alam, kehilangan orang tua, atau ancaman dari "orang jahat." Selain itu, anak-anak usia sekolah juga sering merasa cemas tentang tugas sekolah, nilai, atau tekanan dari teman sebaya.
Cara Mengatasi:
1. Batasi Paparan Media
Hindari membiarkan anak menonton film atau berita yang terlalu menakutkan.
2. Ajarkan Keterampilan Mengatasi Masalah
Bantu mereka mempersiapkan diri menghadapi tantangan dengan rasa percaya diri.
3. Diskusikan Kekhawatiran Mereka
Dengarkan dan bimbing mereka untuk memahami bahwa beberapa ketakutan tidak perlu dikhawatirkan secara berlebihan.
Mengembangkan Keberanian pada Anak
Sebagai orang tua, penting untuk membantu anak mengatasi rasa takut dan membangun keberanian. Anda dapat mendukung mereka dengan:
- Memberikan tantangan kecil untuk menghadapi ketakutan mereka, seperti mendekati anjing peliharaan dengan pengawasan.
- Memberikan pujian setiap kali mereka berhasil menghadapi sesuatu yang mereka takuti.
- Mendorong anak mencoba hal baru dengan pendampingan, sehingga mereka merasa didukung.
Sumber: kidshealth