Mukena Identitas Budaya, Alat Sholat Wanita yang Dikenalkan Wali Songo di Tanah Jawa

Sukabumiupdate.com
Jumat 21 Mar 2025, 16:00 WIB
Luna Maya  Saat Mengenakan Mukena di Hari Raya Idul Fitri. | Instagram/@lunamaya (Sumber : Instagram/@lunamaya)

Luna Maya Saat Mengenakan Mukena di Hari Raya Idul Fitri. | Instagram/@lunamaya (Sumber : Instagram/@lunamaya)

SUKABUMIUPDATE.com - Mukena adalah pakaian khusus yang digunakan oleh wanita Muslim di Indonesia saat melaksanakan salat.

Menariknya, mukena merupakan bagian dari budaya lokal yang tidak ditemukan di negara-negara Muslim lainnya.

Mukena tidak hanya menjadi alat ibadah, tetapi juga bagian dari identitas budaya Indonesia yang unik.

Berikut Sejarah Mukena di Indonesia, yang telah dirangkum dari berbagai sumber:

Sejarah Mukena di Indonesia

Asal Usul Mukena

Mukena pertama kali diperkenalkan oleh Wali Songo, tokoh penyebar Islam di Nusantara. Pada masa itu, wanita Indonesia umumnya mengenakan kemben sebagai pakaian sehari-hari.

Untuk menyesuaikan dengan syariat Islam yang mewajibkan menutup aurat saat salat, Wali Songo memperkenalkan mukena sebagai pakaian khusus untuk ibadah.

Baca Juga: Dewan Pers: THR Kewajiban Perusahaan Media, Wartawan Dilarang Minta-minta

Melansir Pesantren Digital Tsirwah, Mukena pertama kali diperkenalkan oleh Wali Songo di tanah Jawa, sekelompok ulama yang menyebarkan ajaran Islam dengan berbagai metode dakwah. Sunan Kalijaga dikenal menggunakan kesenian wayang sebagai media dakwah, sementara Sunan Bonang memadukan seni dan budaya dalam menyampaikan ajaran Islam.

Masyarakat Indonesia saat itu sudah memiliki budaya yang kaya dan beragam, bahkan sebelum kedatangan Islam. Mereka mempraktikkan berbagai kepercayaan yang disesuaikan dengan tradisi setempat. Hetti Restianti dalam bukunya Mengenal Wali Songo menyebutkan bahwa penyebaran Islam dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi dan kepercayaan masyarakat.

Pada abad ke-13 hingga ke-16, masyarakat Jawa mengenakan pakaian yang sederhana. Perempuan biasanya memakai kain kemben, pakaian adat yang hanya menutupi dada dan dipadukan dengan kain panjang hingga lutut. Ketika Wali Songo menyebarkan Islam, cara berpakaian ini dianggap tidak sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, mereka mulai mengenalkan mukena sebagai pakaian khusus untuk salat.

Berdasarkan laporan dari nationalgeographic.grid.id, relief Karmawibhangga pada masa Jawa Kuno menunjukkan bahwa sebagian perempuan tidak menutupi bagian dada. Namun, dalam beberapa abad selanjutnya, kemben mulai digunakan. Pada masa kolonialisme (abad ke-16 hingga ke-20), masyarakat Jawa mulai mengenal kebaya, yang menjadi pakaian lebih tertutup dan menunjukkan perkembangan pengaruh Islam di tanah Jawa.

Baca Juga: 10 Kegiatan Menyambut Idulfitri ala Ibu-ibu: Cuci Baju Lebaran Hingga Bikin Kue!

Mukena Adaptasi Budaya Lokal

Mukena menjadi bentuk kompromi antara ajaran Islam dan budaya lokal. Dengan mengenakan mukena, wanita tetap dapat menjalankan ibadah tanpa harus mengubah pakaian sehari-hari mereka secara drastis.

  • Perkembangan Mukena

Awalnya, mukena didominasi oleh warna putih polos sebagai simbol kesucian. Namun, seiring waktu, mukena berkembang dengan berbagai motif, warna, dan bahan yang lebih beragam. Hal ini mencerminkan kreativitas dan inovasi dalam budaya Indonesia, seperti merujuk almuhtada.org.

  • Penggunaan Mukena di Negara Lain

Selain di Indonesia, mukena juga digunakan di beberapa negara rumpun Melayu seperti Malaysia dan Brunei. Namun, di negara-negara Muslim lainnya, wanita biasanya salat dengan pakaian sehari-hari yang sudah memenuhi syarat menutup aurat.

Sumber: berbagai sumber.

Editor :
Berita Terkait
Berita Terkini