SUKABUMIUPDATE.com - Sarung menjadi salah satu pilihan pakaian yang sangat populer untuk Lebaran Idulfitri di Indonesia, karena memiliki kepraktisan dan makna budaya yang mendalam.
Sarung sering digunakan saat melaksanakan salat Idulfitri, karena mencerminkan kesederhanaan dan kesopanan. Ini juga menjadi bagian dari budaya di banyak daerah, seperti Madura, Bugis, dan Jawa.
Sarung memiliki sejarah panjang dan kaya dalam budaya Indonesia. Untuk Lebaran, banyak orang memilih sarung berbahan katun atau sutra karena nyaman digunakan sepanjang hari, termasuk saat berkumpul dengan keluarga.
Baca Juga: H-16 Ramadan: Resep Tempe Chili Padi ala Chef Devina Hermawan, Menu Sahur Sat Set!
Pemakaian sarung saat Lebaran juga melambangkan rasa syukur dan penghormatan terhadap momen suci ini, terutama saat beribadah dan bersilaturahmi. Meski begitu, sarung tidak hanya menjadi pakaian, tetapi juga simbol identitas, tradisi, dan kebanggaan nasional.
Lantas, bagaimana peran dan asal-usul sarung di Indonesia? Berikut ulasannya seperti dirangkum dari berbagai sumber:
Sejarah Sarung di Indonesia
Sejarah Sarung di Indonesia: Dibawa Pedagang Gujarat India Sejak Abad ke-14. Foto: IG/@mukenapremium_pusat
Sarung pertama kali diperkenalkan di Indonesia melalui perdagangan dengan negara-negara seperti India dan Arab pada abad ke-14. Melansir narasi.tv, pedagang dari Gujarat membawa kain sarung yang kemudian diadopsi oleh masyarakat pesisir Indonesia.
Pengaruh Budaya
Sarung menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari dan upacara adat di berbagai daerah. Setiap wilayah memiliki motif dan cara pemakaian yang khas, seperti motif batik di Jawa atau motif kotak-kotak khas Madura.
Pada masa penjajahan, sarung digunakan sebagai simbol perlawanan terhadap budaya Barat yang dibawa oleh penjajah.
Simbol Keagamaan dan Tradisi
Sarung sering digunakan dalam kegiatan keagamaan, seperti shalat, dan dalam berbagai upacara adat, seperti pernikahan dan khitanan. Sarung juga menjadi simbol identitas budaya di beberapa daerah.
Baca Juga: H-16 Ramadan: Resep Tempe Chili Padi ala Chef Devina Hermawan, Menu Sahur Sat Set!
Modernisasi
Dalam konteks modern, sarung tetap relevan dan sering digunakan dalam acara formal maupun kasual. Bahkan, desainer lokal telah mengadaptasi sarung ke dalam fashion kontemporer.
Di era globalisasi, desainer lokal mulai menggabungkan unsur-unsur tradisional sarung dengan gaya modern.
Sarung kini tidak hanya digunakan untuk keperluan tradisional atau religius, tetapi juga menjadi bagian dari fashion kontemporer. Misalnya, banyak peragaan busana lokal maupun internasional menampilkan sarung sebagai inspirasi desain.
Sumber: berbagai sumber.